Selamat datang ke blog Giving ministry

Giving Ministry (GM) : Sebuah pelayanan kerohanian yang bersifat INTERDENOMINASI yang berada dibawah naungan Yayasan Giving Indonesia (YGI).
Lahir di kota Medan-Indonesia, 31 Januari 2009.

VISI : Menjadi tempat persemaian bagi anak-anak Tuhan untuk menggali dan mengembangkan POTENSI baik secara PROFESIONAL dan APOSTOLIK agar berbuah dan siap memberkati kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan Bangsa-bangsa.

Rabu, 29 Februari 2012

ORANG KRISTEN DUNIA

Lukas 24:36-49
“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Lukas 24:46-47)

David Bryant membedakan dua macam orang Kristen. Pertama, orang Kristen duniawi (worldly Christian), yaitu mereka yang sudah diselamatkan, tetapi tidak tertarik membawa keselamatan pada dunia, sebaliknya mereka memandang dunia sebagai sarana bagi keuntungan dan kepentingan pribadinya. Kedua, orang Kristen dunia (world Christian), yaitu orang yang sudah diselamatkan, dan mengarahkan kehidupannya di dunia untuk misi, membawa berita keselamatan kepada segala bangsa.

Dalam pengajaran Tuhan Yesus, kita melihat bahwa keselamatan dan misi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Perhatikan bacaan kita hari ini. Setelah meneguhkan para murid tentang kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran-kebenaran penting bagi pelayanan mereka selanjutnya. Dia merangkumkan bahwa seluruh isi kitab Taurat, kitab para nabi, dan kitab mazmur menunjuk pada penggenapan keselamatan di dalam Diri-Nya (ayat 46). Namun bukan hanya itu, garis besar Kitab Suci juga adalah tentang bagaimana berita keselamatan ini harus disampaikan kepada segala bangsa (ayat 47).

Orang Kristen duniawi—orang yang puas dengan berkat keselamatan bagi diri sendiri—dan orang Kristen dunia—orang yang merindukan keselamatan itu juga sampai kepada segala bangsa. Dari dua kelompok ini, Anda termasuk yang mana? Gaya hidup dan prioritas macam apa yang harus kita ubah jika kita ingin bertumbuh sebagai orang-orang Kristen dunia—orang-orang yang merindukan agar semua bangsa dapat kembali bersukacita di dalam Tuhan?

RESEP MENGHASILKAN ORANG KRISTEN DUNIAWI:
AJARKANLAH KESELAMATAN TANPA MISI

Written by Johan Setiawan 

Selasa, 28 Februari 2012

Blood and Water (2)

Ketika Allah membangun Hawa dari tulang rusuk Adam, tidak perlu darah disitu, karena tidak perlu penebusan.

Tetapi ketika Kristus membangun Gereja dari tulangNya sendiri, disini perlu darah, untuk membeli mereka-mereka yang jatuh, dan membangun mereka menjadi satu mempelai. Pembelian mereka-mereka yang jatuh adalah dengan menggunakan darah, tetapi pembangunan gereja adalah menggunakan hayat (yang dilambangkan oleh air).

Hayat (eternal life) adalah tujuan akhir dari keselamatan Allah. Darah adalah tambahan, karena dosa. Jika manusia tidak jatuh dalam dosa, manusia masih perlu eternal life, yang dilambangkan oleh pohon hayat di Kejadian. Darah adalah bagi penebusan untuk membawa manusia kembali dalam posisi Adam, tetapi Air adalah membawa eternal life masuk kedalam Adam. Tuhan Yesus datang supaya manusia memperoleh hayat kekal Allah, dan memilikinya dalam kelimpahan. Dan karena dosa, maka darah diperlukan sebagai prosedur untuk membenarkan manusia-manusia yang jatuh, sehingga mereka punya posisi yang sah untuk menerima eternal life.

John 10:10 I have come that they may have life and may have it abundantly.

Ini sebabnya dulu aku pernah bertanya, apa tujuan akhir dari datangnya Tuhan Yesus. Masalah hayat ini tidak dapat dilihat dalam kekristenan hari ini. Kita kebanyakan hanya sampai pada darah, tetapi tidak bisa maju untuk melihat keselamatan oleh hayat. Mayoritas mengerti keselamatan oleh darah, tetapi tidak bisa sampai pada keselamatan oleh hayat. Padahal Paulus menekankan keselamatan yang kedua ini di Roma 5.10. Di Roma 5:10, kita bisa melihat keselamatan oleh darah (melalui kematian Putra), dan keselamatan oleh hayat.

Rom 5:10 For if we, being enemies, were reconciled to God through the death of His Son, much more we will be saved in His life, having been reconciled,

Semoga banyak orang kristen bisa melihat perkara ini, karena keselamatan oleh hayat adalah bagi pembangunan Gereja sebagai mempelai. Pembangunan Hawa surgawi hanya melalui keselamatan oleh hayat kekal Allah, yang didasarkan oleh penebusan darah. This is the goal in God's plan.

rivel

Blood and Water (1)

- Kita harus mengenal kebenaran, karena memberitakan kabar baik adalah memberitakan kebenaran.

- Kebenaran dalam pemulihan Tuhan sangat tinggi, salah satu contohnya adalah kidung kita, yang dapat dipakai untuk memberitakan kabar baik. Contohnya adalah kidung 1058 dalam bahasa Inggris: Rock of Ages, cleft for me,/ Let me hide myself in Thee;/ Let the water and the blood./ From Thy riven side which flowed,/ Be of sin the double cure,/ Save me from its guilt and power".

- Dalam kidung tersebut ada poin penting: 'air dan darah', 'double cure', dan 'kesalahan dan kuasa'. 'Double cure' mengacu kepada disembuhkannya dosa luaran oleh darah Kristus dan disembuhkannya natur dosa didalam kita oleh penyaluran hayat Kristus.

John 19:34  But one of the soldiers pierced His side with a spear, and immediately there came out blood and water.

- Ketika prajurit menombak Yesus, dari sisiNya keluar darah dan air. Darah adalah untuk penebusan, sedangkan air adalah untuk penyaluran hayat kekal.

- Darah Yesus adalah darah untuk membeli kita, mengampuni dosa2x kita, menyucikan dosa-dosa kita, membenarkan kita, menyucikan kita secara posisi, berbicara yang lebih baik bagi kita dihadapan Allah, menang atas Satan, darah Kristus yang berharga, dan darah ini juga adalah darah Allah sendiri (Acts 20:28).

- Kabar baik yang diberitakan dalam kekristenan hanya sampai mentok pada darah, tidak bisa melihat lebih jauh pada air. Injil yang ada dalam kekristenan tidak sampai pada renanca kekal Allah, yaitu penyaluran Allah tritunggal kedalam manusia, untuk membangun Mempelai perempuan. Kabar baik yang ada dalam pemulihan Tuhan, adalah kabar baik yang lengkap, yang maju sampai pada perampungan ekonomi Allah.

- Air mengacu pada hayat ilahi, adalah bagi keselamatan organik, untuk menghasilkan dan membangun gereja. Keselamatan organik adalah keselamatan dari natur dosa, yang berujung pada Yerusalem baru.

Gen 2:21 And Jehovah God built the rib, which He had taken from the man, into a woman and brought her to the man.
Matt 16:18 and upon this rock I will build My church

- Hawa dibangun dari tulang rusuk Adam. Hawa sepenuhnya adalah dari diri Adam, tidak ada unsur lain diluar Adam yang ditambahkan. Gereja dibangun dari hayat kebangkitan Kristus. Tulang Tuhan Yesus tidak dipatahkan ketika di kayu salib, yang melambangkan hayat kebangkitan yang tak retak, tak patah, tidak rusak. Gereja dibangun oleh hayat yang sedemikian, yang sepenuhnya berasal dari Kristus. Jika ada unsur lain yang ditambahkan selain Kristus, maka itu bukanlah mempelai perempuan Kristus.

- Dari satu baik kidung 1058, kita dapat memberitakan kabar baik yang tinggi, yang menjamah hasrat hati Allah. Karena itu kita perlu tersusun oleh kebenaran, bagi pemberitaan Injil Allah yang lengkap.

rivel

Agama vs God's economy

Dear saints,

Agama adalah melakukan sesuatu untuk Tuhan tanpa ada kenikmatan akan Kristus. Serohani apapun yang kita lakukan, jika tanpa ada kenikmatan akan Kristus, maka itu adalah agama. Jika kita sabar, baik hati, rendah hati, tetapi tanpa ada kenikmatan akan Kristus, maka itu adalah agama. Banyak orang Kristen berusaha menjadi pelaku Firman. Jika kita melakukan perintah Tuhan Yesus, tetapi tanpa ada kenikmatan akan Kristus, maka itu adalah agama. Sejak awal saya masuk dalam penghidupan gereja didalam pemulihan Tuhan, selalu yang ditekankan adalah menikmati Kristus melalui menyeru nama Tuhan, berkidung, dan doa baca. Bahkan sampai hari ini, terang itu tetap semakin kuat. Setiap bangun pagi, dimulai dengan menyeru nama Tuhan, melatih roh, mengontak Tuhan melalui FirmanNya. Setiap hari dalam melakukan segala hal, perlu menjaga kenikmatan akan Kristus. Dalam belas kasihanNya, kita semua masih menikmati Tuhan sampai hari ini, dan Tuhan melimpah ruah dari diri kita kepada orang lain. Haleluya!

cuplikan:
Religion teaches people to behave; it does not teach them to walk according to the Spirit. According to the Bible, instead of trying to improve our behavior, we should walk by the Spirit. We have been born of the Spirit. Now we need to receive grace to walk by the Spirit. Should your husband or wife offend you, simply walk by the Spirit. Do not try to suppress your temper or force yourself to be patient. That is mere outward behavior. What you need to do at such a time is to exercise the spirit to walk according to the Spirit. Do not say to yourself, “I must walk in a way that is worthy of the church life. If I lose my temper, it will be a shame to me. I must hold back my temper and behave in the proper way.” This is not God's economy—it is religion and ethics. God's economy is to make us His sons in an actual and practical way. For this, we must walk according to the Spirit. (Life-Study Galatians berita 44 - Witness Lee)


by Rivalino Tamaela

GENERASI ROHANI

2 Timotius 2:1-13
Apa yang telah engkau dengar dariku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga pandai mengajar orang lain (2 Timotius 2:2)

Banyak teman saya yang menjadi dokter. Kebanyakan di antara mereka berasal dari keluarga dokter, dan memang sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter. Terlepas dari apa yang menjadi motivasi orangtua mereka dalam hal itu, saya kagum dengan keseriusan mereka mempersiapkan anak-anak mereka.

Paulus juga secara khusus mempersiapkan orang-orang yang akan meneruskan pelayanannya. Ia tahu hidupnya terbatas (pasal 4:6), dan kebenaran Tuhan tidak boleh berhenti diberitakan ketika ia mati. Sebab itu, Paulus (generasi I) telah secara khusus mengajar Timotius (gen. II), sedemikian supaya ia dapat meneruskan pengajaran itu kepada orang lain (gen. III), yang juga pandai mengajar orang lain (gen. IV). Jelas ini bukan pengajaran sekali tatap muka. Timotius telah cukup lama menjadi anak rohani Paulus hingga ia dapat dipercaya untuk meneruskan pelayanannya. Paulus ingin Timotius melakukan hal yang sama bagi orang lain.

Seberapa besar energi yang Anda curahkan untuk menolong orang bertumbuh dewasa dalam Kristus, supaya mereka juga dapat melakukan hal yang sama bagi orang lain? Sekadarnya, kalau sempat, atau penuh intensionalitas seperti Paulus? Seseorang pernah menghitung. Jika selama hidup Anda punya 12 anak rohani, dan tiap anak juga punya 12 anak rohani, dan berlipatganda demikian selama  5 generasi, maka Anda akan punya 248.832 keturunan rohani! Betapa besar dampaknya, jika kita tidak hanya sibuk dengan banyak kegiatan rohani, tapi mulai berfokus menghasilkan anak-anak rohani yang akan membawa kebenaran Tuhan dari generasi ke generasi.

PERIKSA FOKUS PELAYANAN KITA:
MENGADAKAN KEGIATAN ROHANI ATAU MENGHASILKAN GENERASI ROHANI?

Written by Elisabeth Chandra 

Senin, 27 Februari 2012

VOCATIO

Yohanes 17:1-8
Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan (Yohanes 17:4)

Apakah Anda bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja? Pada kedua hal tersebut terdapat perbedaan pandangan dan pemaknaan yang sangat besar terhadap natur kerja. Jika kita bekerja untuk hidup, maka pekerjaan sekadar menjadi sarana untuk sesuatu yang lain. Tak heran banyak orang ingin segera memiliki “kemerdekaan finansial” supaya tidak lagi harus melelahkan diri bekerja mencari uang. Jika kita hidup untuk bekerja, maka pekerjaan menjadi sasana di mana kita mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan menghendaki kita mengasihi dan melayani Dia, dan pekerjaan menjadi cara kita melakukannya.

Hari ini kita membaca catatan doa Tuhan Yesus menjelang akhir hidup-Nya. Memperhatikan doa-Nya, kita tahu tujuan hidup Yesus adalah agar Bapa dikenal dan dimuliakan. Yang menarik adalah cara Yesus melakukannya: “dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku ...” (ayat 4). Dan, kita diutus ke dalam dunia sebagaimana Kristus telah diutus (ayat 18). Kata pekerjaan dalam bahasa Inggris adalah vocation, yang berasal dari bahasa Latin vocatio yang berarti panggilan. Pekerjaan dan panggilan seharusnya merupakan hal yang sama.

Apakah Anda menghayati pekerjaan Anda sekarang sebagai panggilan Tuhan? Menemukan panggilan bukan hanya berlaku ketika seseorang menggumulkan menjadi pendeta atau misionaris, tetapi seharusnya meliputi semua vocation lainnya. Hanya dengan demikian kita baru bisa mengalami pekerjaan yang otentik, di mana kita memiliki pekerjaan yang tepat, untuk alasan yang benar, dan menikmati hasil-hasilnya.

MEMULIAKAN TUHAN MELIPUTI MENEMUKAN DAN MENYELESAIKAN
PANGGILAN/PEKERJAAN YANG TUHAN BERIKAN UNTUK KITA LAKUKAN

Written by Johan Setiawan 

Sabtu, 25 Februari 2012

INTEGRITAS SEORANG PELAYAN

2 Korintus 6:1-10
Dalam hal apa pun, kami tidak menyebabkan orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah ... (2 Korintus 6:3-4)

Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran”. Apabila disederhanakan, kurang lebih demikian artinya: apa yang kita pikirkan harus sama dengan kita katakan dan apa yang kita katakan harus sama dengan tindakan yang kita lakukan; di mana pun; kapan pun. Ini terlebih lagi berlaku di dalam pelayanan kita kepada Allah.

Paulus dan rekan-rekannya telah membuktikan integritas mereka sebagai pelayan Allah. Perhatikan frasa “dalam segala hal” dalam ayat 4. Mereka menjaga integritas dalam setiap bagian kehidupan. Mudah untuk mempraktikkan kasih, kesabaran, kemurnian, dan ketaatan pada Roh Kudus ketika situasi baik dan orang-orang menghormati kita. Akan tetapi, dapatkah sikap yang sama dipertahankan ketika kesusahan melanda, orang-orang mengumpat dan memfitnah kita, keuangan tidak lancar, dan maut mengancam? Itulah yang diteladankan Paulus dan rekan-rekannya (ayat 4-10).  Dengan menjaga integritas sebagai pelayan Allah, mereka dapat mendorong jemaat untuk melakukan hal yang sama (ayat 1).

Mari memeriksa diri, apakah kita sudah menyatakan sikap sebagai pelayan Allah dalam seluruh bagian kehidupan, baik itu di rumah, gereja, lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat? Atau jangan-jangan, orang lain melihat kita sebagai batu sandungan? Mari belajar menjadi pelayan Allah yang berintegritas. Tidak menjadi batu sandungan, tetapi menjadi berkat bagi orang lain.

STATUS “PELAYAN ALLAH” BUKAN HANYA DI DALAM TEMBOK GEREJA
STATUS ITU BERLAKU DI SETIAP WAKTU DAN SEGALA TEMPAT

Written by Bobby Widya Ardianto 

Jumat, 24 Februari 2012

SIAPA TUAN KITA?

1 Tesalonika 2:1-12
Tidak! Kami tidak berbicara untuk menyenangkan hati orang, melainkan untuk menyenangkan hati Allah, yang menguji hati kami. Sebab kami dianggap layak oleh Allah untuk menyebarkan Kabar Baik itu. (1 Tesalonika 2:4 BIS)

Ada sebuah lelucon mengenai seorang pendeta yang masuk ke toko buku Kristen dan memilih beberapa buku. Setelah melihat-lihat harganya, ia mendekati pelayan toko dan bertanya: “Apakah ada harga khusus untuk hamba Tuhan?” Hmm ... ada seorang hamba yang sedang meminta fasilitas khusus. Menggelikan bukan?

Paulus dan teman-temannya pernah dicurigai sedang mencari hormat atau keuntungan pribadi melalui pelayanan. Paulus membantah hal tersebut dan menegaskan prinsipnya dalam pelayanan. Ia tahu siapa tuannya dan kepada siapa ia mencari perkenan. Baginya, Allah adalah Sang Tuan yang telah memercayainya (trust) dan memercayakan (entrust) berita Injil kepadanya. Karena itu hanya kepada Allah-lah ia harus mempertanggungjawabkan semua pelayanannya. Keinginannya hanya satu: menyukakan hati Allah yang empunya pelayanan (ayat 4). Sekalipun baik untuk memperoleh pujian dari manusia, namun bukan itu yang seharusnya dicari dalam pelayanan (ayat 6). Karena kalau pujian manusia yang kita kejar, maka bisikan dari Sang Tuan bisa saja kita abaikan.

Di dalam pelayanan mungkin kerap kali kita lupa siapa “tuan” kita. Kita lebih sering membuka telinga ke samping daripada ke atas. Kita lebih suka dan lebih sering mencari komentar dari orang-orang di sekeliling kita daripada komentar Tuan kita. Lalu berdasarkan komentar itu kita mengarahkan pelayanan kita. Selama ini, terhadap komentar siapakah kita lebih merasa nyaman atau terganggu? Para “tuan” dan sahabat kita di dunia, ataukah Tuan kita di surga?

KENALI DAN HORMATI TUAN KITA.
CARI PERKENAN PUJIAN HANYA DARI PADA-NYA.

Written by Petrus Budi Setyawan

Kamis, 23 Februari 2012

TAK ADA PENGADILAN?

Habakuk 2:1-20
Apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh (Habakuk 2:3)

Peristiwa kerusuhan pada 14 Mei 1998 menyisakan kabut kelam dalam sejarah Indonesia. Menjelang Soeharto lengser, keonaran merebak di sejumlah kota, yang terparah terjadi di Jakarta. Perempuan-perempuan keturunan Tionghoa banyak yang diperkosa. Mal-mal dijarah dan dibakar. Banyak warga mati terpanggang. Namun, tak ada yang diadili dalam peristiwa itu. Sampai saat ini.

Benarkah Tuhan acuh tak acuh terhadap kejahatan? Kenapa orang jahat bisa hidup leluasa, sedangkan orang baik malah menderita? Ini adalah juga pertanyaan yang mengganggu nabi Habakuk. Dalam penglihatan, Tuhan menjawabnya. Kejahatan orang Yahudi akan dihukum melalui kedatangan bangsa Kasdim (lihat pasal 1). Dan, karena bangsa itu mendewakan kekuatan sendiri, mereka pun akan ditimpa celaka (ayat 5-19). Tuhan yang kudus tidak membiarkan kejahatan tidak diadili. Dari sisi manusia, adakalanya penghakiman Tuhan terasa lambat, namun Tuhan menegaskan waktunya “sungguh-sungguh akan datang” (ayat 3). Keadilan Tuhan akan ditegakkan. Bahkan, akan tiba saatnya semua orang diadili di hadapan Tuhan (Wahyu 20:12-13).

Anda mungkin pernah diperlakukan tidak adil, padahal Anda berbuat apa yang benar. Dalam kondisi semacam itu, banyak orang putus asa, bahkan tergoda untuk ikut-ikutan bertindak menyimpang. Kitab Habakuk mengingatkan betapa sia-sianya orang yang bermegah atas kejahatan mereka. Maukah kita tetap melakukan apa yang benar meski diperlakukan tidak adil? Orang jahat pasti akan diadili Tuhan. Dengan kepastian yang sama, “orang benar akan hidup oleh percayanya” (ayat 4).

HIDUPLAH DENGAN BENAR, BAHKAN DALAM SITUASI SUKAR
TUHAN YANG MAHA MELIHAT AKAN MEMBALAS PADA WAKTU-NYA

Written by Arie Saptaji

Rabu, 22 Februari 2012

KETIKA SITUASI SULIT

Keluaran 2:1-10
Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani” (Keluaran 2:6) 

Jika berada dalam situasi sulit dan penuh risiko, bagaimana Anda menghadapinya? Mundur sebelum berjuang, pasrah tanpa usaha, atau menghadapinya habis-habisan? Ada sisi menarik dari bacaan hari ini yang dapat kita jadikan pelajaran.

Peristiwa penyelamatan bayi Musa dari bahaya melibatkan peran penting para perempuan di sekitarnya—dan masing-masing mewakili satu sikap. Sifra dan Pua adalah bidan yang takut akan Allah sehingga mereka enggan membunuh bayi Ibrani, meski tindakan itu bertentangan dengan aturan raja (1:17). Yokebed adalah ibu yang kreatif memecahkan masalah (ayat 3). Ini tampak lewat gagasannya untuk menyelamatkan bayi Musa. Miriam, sang kakak, ialah pribadi pemberani. Ia tidak takut menemui putri Firaun demi perawatan adik bayinya (ayat 4, 7). Dan, putri Firaun ialah pribadi yang berbela rasa walau ia tahu bayi Musa adalah bayi orang Ibrani, kaum yang menjadi budak di negerinya (ayat 6). Bahkan, dalam belas kasihnya, Putri Firaun mengangkat bayi itu sebagai anak (ayat 10). Takut  akan Tuhan,  kreativitas, keberanian, dan belas kasihan—itulah sikap-sikap dari para pribadi yang menghantar Musa kecil selamat dan bertumbuh besar (ayat 10).

Tentu ada banyak sikap yang bisa kita ambil sebagai respons saat menghadapi situasi sulit; dengan aneka rupa dampak yang mengikutinya. Keempat sikap yang kita cermati hari ini—di dalam kesadaran penuh akan kedaulatan Allah yang terlibat dan memegang kendali atas situasi apa pun—merupakan respons yang tepat dalam menghadapi situasi sulit yang bisa datang kapan saja.

SITUASI SULIT BUKANLAH JALAN BUNTU
DI TANGAN TUHAN, BISA JADI IA ADALAH PINTU

Written by Daniel K. Listijabudi 

Selasa, 21 Februari 2012

PURA-PURA TULI

1 Samuel 10:17-27
Tetapi orang-orang dursila berkata: “Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!” Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya. Tetapi ia pura-pura tuli (1 Samuel 10:27)

Seorang perempuan yang terkenal suka bergunjing mendatangi raja dengan banyak keluhan negatif mengenai saudaranya. Raja menjawab, “Itu bukan urusan saya.” Perempuan itu pun mengganti topik pembicaraan; menyampaikan keluhan negatif dari saudaranya tentang raja. Raja berkomentar, “Itu bukan urusanmu.” Inilah contoh sikap pemimpin yang dapat memilah hal-hal yang perlu didengar dan ditanggapi.

Kita kerap mendapat kesan buruk tentang Saul, raja pertama Israel. Namun demikian, Alkitab pun mencatat kebaikannya, khususnya saat ia akan memulai pelayanannya sebagai raja. Sebagai pemimpin ia tahu memilih mana suara yang perlu didengarkan di antara yang sama sekali tidak perlu. Terhadap jerit tangis putus asa bangsanya atas ancaman bangsa Amon, ia mampu mendengar dengan prihatin dan menanggapi dengan sigap (1 Samuel 11:1-7). Sedangkan, atas olokan dan penghinaan segolongan orang yang meragukan kemampuan dan kepemimpinannya, ia bersikap “pura-pura tuli” (ayat 27). Ia tak mau membuang energi sekadar meladeni mereka.  

Apakah pendapat miring dan bernada nyinyir dari orang lain, saat kita tengah menjalani pekerjaan pelayanan yang Tuhan percayakan, kerap melemahkan kita? Kita lantas habis tenaga dan pikiran menanggapinya. Mintalah hikmat dan kesabaran dari-Nya sehingga kita dapat memilah dan memilih mana yang perlu dan tidak perlu kita tanggapi secara serius. Supaya, kita tetap berfokus pada panggilan Tuhan dan tugas utama yang mesti kita kerjakan.

KITA PERLU SELEKTIF DALAM HAL MENDENGAR
AGAR FOKUS KITA PADA PANGGILAN TUHAN TIDAK BUYAR

Written by Pipi Agus Dhali

Senin, 20 Februari 2012

INDAHNYA TEGURAN

Amsal 13:14-24
... tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati (Amsal 13:18)

Dalam audisi American Idol, tampillah seorang kontestan yang begitu percaya diri. Ia meyakinkan para juri bahwa ia adalah bintang masa depan. Namun, sewaktu ia mulai bernyanyi, suaranya sedemikian buruk sehingga selang beberapa detik para juri terpaksa menghentikannya. Ia berkata dengan marah, “Bagaimana bisa kalian tidak melihat talenta saya? Selama ini tidak pernah ada yang mengkritik suara saya!” Saya membayangkan, seandainya sejak awal ada yang berani memberitahu dengan tegas bahwa ia tidak cocok menjadi penyanyi, ia pasti akan mengenal dirinya dengan lebih tepat dan tidak dipermalukan di ajang ini.

Teguran atau kritik tidak selalu buruk. Bahkan, teguran dapat menjadi sarana Tuhan untuk membentuk kita. Kritik bisa mencegah kita terjerumus ke dalam kesalahan yang memalukan di kemudian hari (ayat 14,17). Menurut penulis Amsal, orang yang terhormat adalah mereka yang tidak pantang terhadap kritik. Mengabaikan kritik sama saja dengan mengabaikan didikan (ayat 18). Bahkan, kritik yang keras bisa jadi adalah bentuk kasih terbaik dari seseorang kepada kita (ayat 24).

Apakah pada waktu-waktu ini Anda sedang mendapat teguran atau kritikan? Bagaimana Anda menanggapinya? Kerap reaksi kita adalah menolak, menjadi tersinggung atau marah, karena yang namanya kritik pasti tidak enak didengar. Mari mengingat keindahan dan keuntungan dari teguran yang baik. Jangan terlalu cepat menutup diri dari teguran. Terimalah dengan rendah hati. Cernalah dengan bijaksana. Bersyukurlah bahwa Tuhan membentuk kita melalui teguran kasih sesama.

KETIKA KITA MENOLAK TEGURAN YANG BAIK
KITA JUGA MENOLAK PEMBENTUKAN DARI TUHAN

Written by Jimmy Setiawan

Minggu, 19 Februari 2012

INVESTASI KATA-KATA

1 Samuel 25:1-42
Terpujilah Tuhan ... engkau pada hari ini menahan aku daripada bertindak sendiri dalam mencari keadilan (1 Samuel 25:32-33) 

Istilah investasi uang dan investasi waktu mungkin kerap kita dengar. Tujuannya: mendapatkan keuntungan atas investasi atau modal yang ditanam tersebut. Namun, pernahkah Anda mendengar istilah investasi kata-kata?

Bacaan hari ini menggugah saya untuk merenungkan mengenai investasi kata-kata dari  Nabal, Abigail, dan pelayan Abigail. Kisahnya, Nabal, seorang yang kaya sedang mengadakan perayaan pengguntingan bulu domba. Dengan kekayaannya, Nabal bisa dengan mudah memberi makan Daud dan orang-orangnya. Apalagi, mereka sudah membantu menjaga ternaknya (ayat 7, 15-17). Namun, saat utusan Daud datang, Nabal malah melontarkan hinaan (ayat 10-11). Kata-kata yang tidak tepat dan penuh kesombongan membuat ia pun menuai ajal. Lain halnya dengan pelayan Abigail yang memakai kata-katanya untuk menyampaikan fakta dan memberi saran kepada orang yang tepat (ayat 14-18). Sedangkan, Abigail memakai kata-katanya untuk meminta maaf atas kekasaran suaminya, dan mengingatkan Daud agar tidak bertindak sendiri dalam mencari keadilan (ayat 24-31). Kata-kata yang tepat bukan saja menyelamatkan nyawa seisi rumahnya, tetapi juga menolong Daud kembali mengutamakan Tuhan, bukan egonya sendiri.

Menurut para ahli, wanita bicara sekitar 20.000 kata/hari; pria 5.000-7.000 kata/hari. Itulah investasi kita hari ini. Perkataan seperti apa yang kita pilih dalam berbicara dengan pasangan, anak, orangtua, rekan kerja? Mari meminta pertolongan Tuhan agar dapat memilih dan menginvestasikan kata-kata yang tepat dalam setiap bidang kehidupan kita.

PERKATAAN YANG BENAR DAN DISAMPAIKAN DENGAN TEPAT
MERUPAKAN INVESTASI YANG BERBUNGA BAGI KEMULIAAN TUHAN

Written by Grace Suryani 

Sabtu, 18 Februari 2012

LAHIR DARI HATI

Lukas 11:37-44
Tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan (Lukas 11:39)

Seorang pemuda yang mengendarai motor diberhentikan oleh polisi karena melanggar lampu merah. Sang polisi bertanya, “Apakah Saudara tidak melihat lampu sudah berganti merah?” Si pemuda dengan santai menjawab, “Saya melihat, Pak.” “Lalu kenapa Anda tetap menerobosnya?” tanya polisi dengan heran. Si pemuda menjawab ringan, “Masalahnya, saya tidak melihat Pak Polisi berdiri di situ.” Alamak! Si pemuda itu taat hanya jika ada petugas.

Kesalehan orang Farisi juga hanya di depan orang. Ibadah mereka lebih mengutamakan hal lahiriah, agar dilihat baik dan terpuji. Bagai membersihkan cawan dari luarnya saja sementara dalamnya tetap kotor (ayat 39). Yesus menegur mereka dengan keras, “Celakalah kamu!” kata-Nya seraya membeberkan kejahatan mereka (ayat 42-44). Bagi orang Farisi, manusia disucikan oleh perbuatannya, sementara bagi Yesus, kesucian lahir dari hati yang diubahkan, dan mewujud di dalam tindakan (ayat 41). Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan yang bersih. Sebaliknya, perbuatan yang bersih belum tentu menjamin hati yang bersih.

Bahaya mengutamakan penampakan luar daripada perubahan hati bisa juga terjadi pada kita. Keinginan untuk dipandang baik dapat membuat kita bersikap baik di depan orang. Namun, bagaimana jika tak ada orang lain? Biarlah peringatan Yesus membuat kita tersungkur dalam kegentaran di hadapan Tuhan Yang Mahatahu. Ya, Dia mengenal isi hati tiap orang. Perilaku manis kita tak dapat mengelabuinya. Hanya dari hati yang murni dapat lahir perbuatan-perbuatan yang memperkenankan Tuhan. Selamat menjaga hati!
BERAWAL DARI HATI YANG BERSIH
LAHIR TINDAKAN-TINDAKAN YANG MEMULIAKAN TUHAN

Written by Eddy Nugroho 

Kamis, 16 Februari 2012

DATANGLAH KERAJAAN-MU

Matius 6:9-13
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga (Matius 6:10)

Di dalam pergaulan sesehari, jawaban standar atas pertanyaan “apa kabar” adalah: “baik-baik saja.” Jawaban ini sering muncul tanpa dipikir dan belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Ini sudah menjadi basa-basi yang sangat umum sehingga artinya sudah tidak lagi dipedulikan. Demikian juga pada waktu kita mengucapkan Doa Bapa Kami. Sejauh mana kita memahami setiap kata yang ada di sana? Apakah kita menyadari setiap implikasi dari kata-kata tersebut? Kata “datanglah Kerajaan-Mu” misalnya.

Kerajaan Allah berbeda dengan kerajaan atau pemerintahan ala dunia. Kerajaan Allah tidak bisa dibatasi teritori tertentu. Ia menembus batas negara, ras, dan budaya. Pertambahan penduduknya bukan karena penaklukan melainkan karena pertobatan dan pembenaran. Perluasannya juga bukan karena kekuatan dan kekerasan prajurit melainkan karena kasih dan kedamaian yang dipancarkan warganya. Ini adalah kerajaan yang senantiasa peduli dengan perubahan hidup warganya. Kehidupan yang diwarnai dengan ketundukan kepada Sang Raja. Salah satu bentuk pengakuan akan ke-Raja-an Allah adalah mengizinkan kehendak-Nya berlaku atas kita (ayat 10).

Kalau kita adalah warga Kerajaan Allah yang sejati, maka seharusnya itulah kerinduan kita yang terdalam. Kita rindu melihat kehadiran dan pemerintahan Tuhan makin terwujud dalam lingkungan keluarga, komunitas, kota, bangsa, dan juga dalam hidup kita. Apa yang sudah kita perbuat untuk mewujudkannya? Mulailah dengan sujud berdoa: “Datanglah Kerajaan-Mu,” lalu bangkit dan menjadi sarana perwujudan atas apa yang kita doakan.

SEBAGAI WARGA KERAJAAN TUHAN
MARI DOAKAN APA YANG RINDU KITA WUJUDKAN DAN
WUJUDKAN APA YANG TELAH KITA DOAKAN

Written by Petrus Budi Setyawan 

Rabu, 15 Februari 2012

DIPENUHI ROH KUDUS

Efesus 5:15-21
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh ... (Efesus 5:18)

Perkelahian dan keributan di pertunjukan musik menjadi berita yang sangat sering diliput media massa. Penyebabnya biasanya sangat sepele, yaitu saling senggol atau saling ejek. Namun, pemicu utamanya adalah karena mereka disinyalir berada di bawah pengaruh minuman keras. Minuman itu membuat mereka tidak mampu menguasai diri dan mudah melakukan tindakan di luar kendali.

Memang terasa agak aneh ketika perintah jangan mabuk oleh anggur dikontraskan dengan dipenuhi Roh Kudus (ayat 18). Namun, keduanya memang memiliki pokok pikiran yang mirip, yaitu: sama-sama dikuasai oleh sesuatu. Orang yang berada dibawah kuasa atau pengaruh anggur biasanya tidak dapat menguasai dirinya. Perkataan dan tindakannya akan kacau dan menimbulkan kekacauan. Sedangkan orang yang dikuasai atau dipenuhi Roh Kudus akan makin dapat menguasai diri. Ia akan mampu mengelola hidupnya dengan baik; perkataan maupun perbuatannya akan makin selaras dengan kepribadian Allah. Ungkapan: “Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” dalam tatabahasa aslinya menggunakan kata kerja berbentuk imperatif plural pasif. Artinya, kita tak bisa menghindar, berlaku untuk semua orang, dan tak perlu mantra atau rumus khusus untuk mengalaminya. Ini adalah  suatu kesediaan untuk tunduk pada pimpinan Roh Kudus.

Pikiran, perkataan, dan perbuatan seperti apa yang kita tampakkan dari hidup kita selama ini? Apakah hal-hal tersebut mencerminkan kepemilikan dan kepemimpinan Allah dalam hidup kita? Dia ingin mengarahkan hidup kita untuk mengenali rencana-Nya. Izinkan Dia memimpin hidup kita dengan leluasa.

DARI BUAH HIDUP KITA, DAPAT DITEBAK SIAPA PENGUASANYA

Written by Petrus Budi Setyawan

Selasa, 14 Februari 2012

MERAYAKAN KASIH?

1 Yohanes 4:7-21
Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1 Yohanes 4:7)

Asosiasi kartu ucapan AS memperkirakan satu miliar kartu Valentine dikirim tiap tahun di seluruh dunia. Hanya Natal yang menandinginya. Tahukah Anda bahwa 14 Februari sebenarnya sudah dihapus dari kalender gerejawi? Ini karena latar belakang sejarahnya sangat diragukan. Kemungkinan perayaan ini berkaitan dengan Lupercalia, festival kesuburan dengan ritual penghormatan dewa-dewi dan lotere pasangan lawan jenis. Identitas St. Valentinus yang namanya dipakai untuk perayaan ini juga kurang jelas. Pastur dari Roma, uskup dari Terni, atau martir di Afrika? 14 Februari adalah tanggal kematian mereka sebagai martir. Jauh dari konotasi cinta romantis.

Hiruk pikuk perayaan bisa jadi justru membuat kasih makin dangkal dimaknai. Padahal, kasih adalah hal yang esensial dalam iman kristiani. Firman Tuhan menyatakannya dengan ringkas dan gamblang: Allah adalah kasih; kasih berasal dari Allah (ayat 7-8). Jadi, bagi anak-anak  Allah, kasih semestinya merupakan identitas keluarga. Dari bacaan Alkitab hari ini kita mendapati bahwa kasih diperintahkan, diteladankan, disempurnakan oleh Allah bagi kita (ayat 11, 17). Kasih dimungkinkan melalui pengalaman kita menerima kasih Allah (ayat 10, 19) dan ditumbuhkan melalui pengenalan kita akan Dia  (ayat 16-18).

Kekristenan tanpa kasih adalah sebuah omong kosong. Hari ini, mintalah Tuhan menyelidiki hati kita: Bagaimana kasih saya kepada Allah? Kepada sesama? Dunia membutuhkan dan menantikan anak-anak Allah mencerminkan dan menceritakan tentang kasih-Nya yang mulia. Pertumbuhan kita dalam kasih merupakan tanda bahwa kita tinggal di dalam Allah.

SEBAB INILAH KASIH KEPADA ALLAH, YAITU BAHWA
KITA MENURUTI PERINTAH-PERINTAH-NYA (1 Yohanes 5:3)

Written by Johan Setiawan 

Senin, 13 Februari 2012

ALLELON

Roma 15:1-13
Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah (Roma 15:7)

Dietrich Bonhoeffer memberi peringatan yang perlu kita dengar: “Orang yang tidak bisa sendiri, berhati-hatilah pada komunitas .... Orang yang tidak berkomunitas, berhati-hatilah dengan kesendirian.” Dalam tarikan ke dua arah ini, banyak orang memandang waktu sendiri bersama Tuhan sebagai hal esensial, sedangkan berkomunitas sebagai hal opsional. Benarkah Alkitab mengajarkan demikian?

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menunjukkan betapa pentingnya hidup berkomunitas bagi orang percaya. Orang yang sudah memiliki hidup baru dalam Kristus, tidak boleh mencari kesenangan sendiri (ayat 1-3), namun harus saling rukun (ayat 5), saling menerima (ayat 7), dan saling menasihati (14). Hal ini memuliakan Tuhan (ayat 7). Kata saling atau satu sama lain, adalah terjemahan kata Yunani: allelon. Allelon menyatakan pengakuan akan keterbatasan kita untuk bisa bertumbuh sendiri, dan kesadaran akan peran yang perlu kita penuhi dalam pertumbuhan saudara seiman. Allelon mengandung makna memberi dan menerima dalam komunitas sebagai bagian esensial dari perjalanan hidup rohani pribadi kita.

Manakah kecenderungan Anda: bersendiri atau berkomunitas? Bagaimana Anda memandang komunitas: esensial atau opsional? Ketika seseorang mulai meninggalkan persekutuan orang percaya, biasanya ia juga mulai meninggalkan disiplin-disiplin rohani lainnya. Mari taati firman Tuhan dengan memberi diri untuk saling mendukung dan membangun dalam komunitas keluarga Tuhan.

MARILAH KITA SALING MEMPERHATIKAN SUPAYA KITA
SALING MENDORONG DALAM KASIH DAN DALAM PERBUATAN BAIK
(Ibrani 10:24)

Written by Johan Setiawan

Sabtu, 11 Februari 2012

MEMILIH NERAKA

Roma 1:18-32
Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan orang-orang yang melakukannya (Roma 1:32)

Mungkinkah Tuhan Yang Mahakasih menjebloskan manusia ke neraka? Pertanyaan ini pernah menggelisahkan batin saya cukup lama. Sampai saya memahami kebenaran firman-Nya.

Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menjelaskan tentang kabar baik keselamatan dari Tuhan. Namun sebelumnya, ia mulai dengan kabar buruk kondisi rohani umat manusia. Tuhan menyatakan Diri supaya manusia dapat mengenal-Nya dan memuliakan-Nya (ayat 19-20). Akan tetapi, manusia membelakangi penyataan-penyataan-Nya dan memberontak melawan Pencipta-Nya (ayat 21-23). Manusia lebih suka mengikuti keinginan hatinya (ayat 24-25), hawa nafsunya (ayat 26-27), pikiran-pikirannya (ayat 28-29), dan memilih untuk berkubang dalam rupa-rupa kecemaran (ayat 30-31). Lebih celaka lagi, meski manusia tahu konsekuensi hukumannya, mereka tidak sekadar terus melawan Tuhan, tetapi juga bersukacita ketika orang lain ada dalam pemberontakan yang sama (ayat 32).

Tuhan tidak menjebloskan manusia ke neraka. Para pemberontak yang akhirnya berada di neraka memilih untuk tinggal di sana. Tuhan menghargai pilihan itu. Mengutip C.S. Lewis: “Pada akhirnya akan ada dua macam orang: orang-orang yang berkata kepada Tuhan, ‘Jadilah kehendak-Mu,’ dan orang-orang yang kepadanya Tuhan berkata, ‘Jadilah kehendakmu.’” Apakah kita selama ini menyambut anugerah Tuhan dengan syukur dan penyerahan diri yang sungguh? Ataukah kita lebih memilih mengikuti keinginan hati seraya menuduh Tuhan yang tidak mengikuti kemauan kita sebagai Tuhan yang kurang kasih?

TUHAN YANG MAHAKASIH MENYEDIAKAN JALAN KESELAMATAN
APAKAH ANDA MENYAMBUTNYA, ATAU JUSTRU MENJAUH DARINYA?

Written by Johan Setiawan 

Jumat, 10 Februari 2012

TUHAN MEMBIARKAN KEJAHATAN?

Matius 13:24-30,36-43
Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan dari dalam kerajaan-Nya segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa dan semua orang yang melakukan kejahatan (Matius 13:41) 

Ketika mengikuti berita dan mengamati berbagai peristiwa tiap hari, kita mendapati kehadiran dan daya rusak kejahatan begitu merajalela. Kita bertanya, “Bagaimana mungkin Tuhan yang baik dan berkuasa membiarkan kejahatan?” Jika Tuhan Mahabaik, Dia ingin mengalahkan kejahatan. Jika Tuhan Mahakuasa, Dia dapat menga lahkan kejahatan. Tapi, kejahatan masih ada di mana-mana. Rabbi Harold Kushner menyimpulkan dalam buku larisnya When Bad Things Happen to Good  People: Tuhan ingin agar manusia bahagia, tapi kadang Dia tak cukup berkuasa mendatangkan hal-hal baik yang Dia inginkan.

Pandangan tentang Tuhan yang terbatas gagal memahami bahwa Tuhan belum selesai bertindak terhadap kejahatan. Tuhan Yesus menjelaskan kebenaran ini melalui sebuah perumpamaan sederhana tentang lalang di antara gandum (ayat 24-30). Perumpamaan ini dipakai Tuhan Yesus untuk menerangkan bagaimana kejahatan akan tetap ada sebelum akhir zaman, namun akan tiba saatnya di mana segala kejahatan serta para pelakunya mendapat hukuman yang setimpal (ayat 40-42). Kebenaran Tuhan akan ditegakkan atas seluruh ciptaan.

Tuhan Mahabaik dan Mahakuasa. Fakta bahwa Tuhan belum melenyapkan kejahatan saat ini tidak berarti Dia tidak akan melenyapkannya pada masa yang akan datang. Dia dapat dan akan melakukannya, dalam waktu dan hikmat-Nya (lihat juga 2 Petrus 3:7-12). Apa yang kita pikirkan tentang Tuhan ketika melihat atau mengalami hal-hal yang buruk dalam hidup? Mari memperbarui pengharapan, penghormatan, dan penundukan diri kita kepada-Nya, Tuhan yang sungguh Mahabaik dan Mahakuasa.

KEJAHATAN TAK MENGUBAH FAKTA TUHAN ITU MAHABAIK-MAHAKUASA
DIA AKAN MEMBERESKAN KEJAHATAN PADA WAKTU-NYA

Written by Johan Setiawan 

Kamis, 09 Februari 2012

SIAP MENJAWAB

1 Petrus 3:13-17
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat ... (1 Petrus 3:15)

Kata apologetika berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti menjawab atau mempertahankan. Apologetika berarti memberikan penjelasan rasional atas iman kita. Sebelum dapat membagikan berita Injil, seringkali kita perlu menjawab keberatan dan menyingkirkan hambatan yang membuat orang belum mau menerima Kristus.

Istilah ini salah satunya dapat ditemukan dalam 1 Petrus 3:15, “siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban (apologia) kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu.” Petrus mendorong orang-orang percaya yang tersebar di berbagai lokasi (1:1) untuk siap sedia menjelaskan kepada orang-orang yang belum percaya jika mereka ingin tahu apa yang menggerakkan umat kristiani rajin berbuat baik (ayat 13) dan rela menderita dalam mengikut Kristus (ayat 14-17). Hal yang indah di sini adalah Petrus mendorong jemaat bukan saja untuk hidup sesuai kebenaran, melainkan juga untuk siap menyampaikan kebenaran yang menjadi pengharapan mereka.

Bayangkan ada anggota keluarga, rekan kerja, atau tetangga Anda yang tiba-tiba bertanya tentang apa yang menjadi iman dan pengharapan yang Anda miliki di dalam Kristus. Apakah kesempatan itu akan berlalu begitu saja atau akan menjadi momen kebenaran yang berpengaruh bagi masa depan kekalnya? Bagaimana jika skenario ini bukan sekadar imajinasi, tetapi kenyataan yang sungguh-sungguh akan Anda alami? Apa yang perlu dilakukan supaya Anda siap sedia pada segala waktu?

ORANG TERTARIK KEPADA KRISTUS DENGAN MELIHAT PERILAKU KITA
ORANG MENGENAL KRISTUS DENGAN MENDENGAR PENJELASAN KITA

 Written by Johan Setiawan

Rabu, 08 Februari 2012

“AKU BENCI MELIHATNYA!”

Yesaya 1:10-20

“…belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:17)

Melihatlah bersama saya. Sudah tak terhitung gereja yang berdiri tegak hari-hari ini, dengan jemaat yang berkembang. Ibadah spektakuler makin sering kita temui. Di dalamnya, orang-orang kristiani bersorak-sorai memuja hadirat Tuhan.

Melihatlah bersama Yesaya. Apa yang terjadi di surga, sementara di bumi, Yerusalem beria-ria dengan persembahan domba dan lembu mahal (ayat 11) dan perayaan-perayaan rutin yang fantastis (ayat 13-14)? Ironis! Melihat semuanya itu, Yang Mahakudus mencela karena jijik (ayat 11-14). “Aku benci melihatnya! Tanganmu penuh dengan darah!” (ayat 14-15). Allah bahkan menyetarakan Yehuda dengan manusia Sodom dan Gomora (ayat 10)! “Inilah kesalahan Sodom … kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin” (Yehezkiel 16:49). Allah tak terkesan dengan ibadah, perayaan, atau persembahan yang hebat namun penuh kemunafikan. Dia geram. Meski ada kemegahan di dalam tembok rumah ibadah, kesengsaraan dan kemiskinan masih bercokol di luar tembok (ayat 17).

Lihat, setelah sekian tahun gereja bertumbuh, bukankah kondisi orang-orang di jalanan tak banyak berubah? “Garam” tak lagi asin; “terang” redup nyalanya. Hari ini, pesan Yesaya menghardik umat Tuhan yang merasa diri tengah baik-baik saja. Ada dua pilihan: taat dan ambil bagian dalam pekerjaan pelayanan di tengah dunia yang Dia kasihi, atau mengabaikan gelisah hati untuk kesekian kali dengan risiko berhadapan langsung dengan kedahsyatan murka-Nya (ayat 20).


Written by Zadok Elia 

ROH PENGENALAN AKAN TUHAN

Efesus 1:15-23
…supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar (Efesus 1:17)

Dalam sebuah konferensi Alkitab, Prof. Ludwig Kopfwissen dari Universitas Wissenheim menyampaikan makalah “Doktrin Paulus tentang Pembenaran oleh Iman”. Ia menjelaskan doktrin ini dengan sangat baik. Di akhir kuliahnya, semua pendengar memberikan tepuk tangan yang meriah karena mereka begitu kagum. Namun, sebelum kembali ke tempat duduknya, ia mengucapkan komentar yang amat mengejutkan, “Tetapi, semuanya hanyalah omong kosong!” Sang pakar Alkitab ternyata bukanlah seorang yang beriman. Bagaimana bisa seseorang yang meneliti dan menguasai firman Tuhan, tetapi tidak percaya pada Tuhan?

Hal ini sangatlah mungkin karena firman Tuhan tak pernah berdiri sendiri untuk menjamah dan mengubah hati orang. Kuasa firman Tuhan berasal dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati seseorang. Demikianlah keyakinan Paulus. Sebab itu, ia berdoa supaya Roh Kudus senantiasa menolong orang percaya untuk mengenal Tuhan (ayat 17). Roh Kuduslah yang dapat menerangi hati kita untuk memahami pengharapan, kemuliaan, kuasa, dan karya Bapa melalui Kristus untuk menebus dunia ini (ayat 18-21).

Tanpa Roh Kudus, kita tidak akan mengalami kuasa transformasi dari firman-Nya dalam kehidupan ini. John Owen, teolog dari abad ke-17, memperingatkan kita, “Jika Roh Kudus tidak bekerja bersama firman-Nya maka Alkitab hanyalah kumpulan huruf mati.” Adakah kita senantiasa bergantung pada Roh Kudus saat membaca dan mendengarkan firman-Nya? Berdoalah selalu agar Roh Kudus membuka hati kita setiap kali berhadapan dengan firman-Nya.

DALAM SEKOLAH KEHIDUPAN
ROH KUDUS ADALAH GURU DAN ALKITAB ADALAH BUKU WAJIBNYA

Written by Jimmy Setiawan 

Senin, 06 Februari 2012

PELAYANAN YANG SEJATI - 7

Ada perkataan Tuhan di Matius, yang mengatakan, jika tingkah laku kita tidak lebih tinggi dari Farisi dan hukum Taurat, maka kita tidak akan bisa masuk kedalam Kerajaan Surga.

Karena itu kita juga perlu memperhatikan tingkah laku kita, dan ini haruslah bersumber dari hayat kekal yang telah kita terima sejak kita di lahirkan kembali. Tingkah laku ini seharusnya bukan diusahakan dari hayat manusia. Karena itulah kita perlu setiap hari memakan dan meminum Kristus. Sehingga apa yang kita lakukan, kita lakukan bersama dengan Dia. How to do that? Paulus berkata melalui iman dalam Anak Allah (gal 2:20)? Apa itu iman yang dimaksud Paulus? Iman disini adalah untuk menerima suplaian Roh (gal 3:2,5), yaitu makan dan minum Tuhan. Semoga Tuhan bisa membuka mata kita untuk melihat ini. Amin!

rivel

BERSYUKUR LAGI

Mazmur 42
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:6,12)

Dalam berbagai bencana yang menimpa negeri ini—tsunami, gunung meletus, angin puting beliung, tanah longsor, banjir, kapal tenggelam, kecelakaan pesawat terbang, dan sebagainya—kita kerap menjumpai berbagai kisah mengharukan dari mereka yang tertimpa bencana. Kisah tentang orang-orang yang dapat terus bertahan di tengah situasi yang berat dan tidak mengenakkan, orang-orang yang mengucap syukur sebab lolos dari maut. Bagi mereka, selalu ada alasan untuk bersyukur.

Mazmur 42 memberikan gambaran mengenai keresahan umat Tuhan ketika dibuang di negeri asing. Bukan situasi yang mudah. Selama tujuh puluh tahun mereka tidak lagi bisa beribadah di Bait Allah. Nostalgia masa lalu membuat hati tambah pedih (ayat 5,7). Sangat rindu rasanya untuk bisa kembali beribadah di Yerusalem—bagai rusa merindukan air (ayat 2). Bahkan terlontar seruan seolah-olah Tuhan melupakan umat-Nya (ayat 10). Akan tetapi, pemazmur tidak mau terbenam dalam kenangan masa lalu. Ia mengarahkan diri menatap ke depan; berharap kepada Allah (ayat 6,12). Ia memiliki keyakinan yang jelas bahwa dalam keadaan yang berat sekali pun, Tuhan tengah berkarya. Sehingga, ia tetap dapat berkata, ”... aku akan bersyukur lagi kepada-Nya”—Pribadi yang ia kenal sebagai Penolong dan Allah.

Ada masa-masa di mana kesadaran kita akan kehadiran-Nya yang memberi pertolongan mengendur—oleh karena larut dalam persoalan, kekalutan, maupun situasi tak menentu. Dalam keadaan seperti itu, mintalah pertolongan-Nya, supaya kita selalu dapat melihat dan mensyukuri apa yang ada. Sebab, di dalam hadirat-Nya, selalu ada alasan untuk bersyukur.

KASIH DAN PEMELIHARAAN ALLAH TAK PERNAH LUNTUR
MAKA, DI MANA PUN DAN KAPAN PUN TERUSLAH NAIKKAN SYUKUR

Written by Juswantori Ichwan 

Minggu, 05 Februari 2012

SAUH BAGI JIWA

Ibrani 6:9-20
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir ... (Ibrani 6:19)

Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.

Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar. Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham. Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15). Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang demikian (ayat 11-12).

Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan, tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa, yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai kehidupan.

KITA DAPAT BERHARAP PADA JANJI-JANJI TUHAN
KARENA KITA TAHU DIA YANG MENJANJIKANNYA SETIA

Written by Vonny Thay 

Sabtu, 04 Februari 2012

KESADARAN BARU

Filipi 3:1-16
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya (Filipi 3:7-8)

Setiap orang pasti punya sesuatu yang dibanggakan: kekayaan, pendidikan, pengalaman, koneksi, status, dan sebagainya. Hal-hal yang semestinya menjadi sampiran itu sedikit banyak seperti memberikan identitas pada diri kita. Jika tak hati-hati, siapa diri kita akan ditentukan oleh apa yang ada dan melekat dalam diri kita. Ini berbahaya.           

Paulus, dalam perjalanan hidupnya, mengalami pengalaman yang sedemikian mengubahkan sehingga segala macam sampiran hebat pada masa lalu, kini baginya adalah sampah. Bahasa asli yang dipakai Paulus ialah: “kotoran”. Penyebab perubahan itu ialah: pengenalan akan Kristus (ayat 8). Namun demikian, Paulus tetap sadar bahwa pengalaman itu adalah pengalaman anugerah, bukan pengalaman untuk mengendalikan Tuhan. Ia tetap sadar akan ketidaksempurnaannya: ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna ... aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya ...” (ayat 12). Pengalamannya dengan Tuhan tidak membuatnya sombong pun takabur.  Bukan karena ia telah menangkap Kristus, melainkan justru ia telah ditangkap Kristus. Paulus juga tak ingin dipenjara oleh pengalaman rohani hebat masa lalu. Baginya hidup rohani berarti berjalan maju menapaki masa kini menuju masa depan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya larut dalam kebanggaan kita—pada masa lalu? Ataukah kita sadar penuh bahwa kita mesti selalu berjuang, dalam anugerah Allah, untuk makin lama makin mengenal-Nya? Kiranya teladan rasul Paulus meletakkan kehausan dan kerinduan dalam hati kita untuk hidup makin mengasihi Tuhan.

APAKAH YANG LEBIH BERNILAI DALAM HIDUP INI
SELAIN KESEMPATAN UNTUK MAKIN MENGENAL-NYA HARI LEPAS HARI?

Written by Daniel K. Listijabudi 

Jumat, 03 Februari 2012

PELAYANAN YANG SEJATI -6

Ebit, great post.

quote:
Karena tingkah laku, gaya hidup kita yang tidak mencerminkan Kristus bisa menjadi batu sandungan untuk orang lain bisa menerima Injil (Kristus) yang kita beritakan. 

Saya teringat dengan ayat di Yohanes
Joh 8:32  dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." 

Tuhan menebus umatNya ini dari gelap kepada terang, dari kehidupan yang masih dalam selubung dan tidak dapat mengenal Dia, dipanggilNya untuk menyembahNya tanpa selubung menjadi anggota Gereja untuk mengekspresikan Kristus seutuhnya. 

Di mata Tuhan perkara ini selesai, sedang bagiku ini proses yang sedang berjalan. Selubung itu masih ada, setiap hari kita berinteraksi dengan dunia yang usang yang melemparkan banyak selubung kepada kita entah itu melalui dukacita, sukacita, kenajisan, teori-teori, dsb. Puji Tuhan, ada Kristus didalamku! Dan Kristus didalam kita adalah Kristus yang sempurna. Oleh Kristus ini, saya dapat berkata "aku merdeka".

Berita hari ini menguatkan kepadaku, Kristuslah kebenaran itu. Saya pergi kepada mereka yang dibelaskasihani Allah, tidak lagi hanya bercerita tetapi memperlihatkan diriNya. Dia didalamku! lihatlah!
   
regards,
*:_JEP_:*


PELAYANAN YANG SEJATI -5

Saya melihat perkataan Mahatma Gandhi mengacu kepada Kristen sebagai agama, bukan memperhidupkan Kristus. Karena Gandhi serpertinya menuntut bahwa orang Kristen harus hidup sama seperti Kristus. Kalau Gandhi melihat Kristus sebagai realitas, dia pasti telah menjadi Kristen, walaupun dia melihat hidup orang Kristen disekitarnya tidak mencerminkan siapa itu Kristus. Kita diselamatkan karena kita melihat Kristus dan diri kita yang berdosa, bukan melihat orang Kristen yang lain. Tetapi jika semua orang Kristen memperhidupkan Kristus, maka akan lebih banyak yang diselamatkan.
Jika seandainya Gandhi bertemu dengan Nikodemus di Yoh 3:1, mungkin dia akan mengatakan bahwa Nikodemus adalah Kristen sejati. Dia taat pada taurat, hidup dengan moral yang tinggi, dan seorang Farisi. Kita tahu bahwa Farisi sangat ketat dalam mengikuti ajaran2x Taurat.

Tetapi, Tuhan Yesus mengatakan sebaliknya, walaupun Nikodemus memperlihatkan moral yang baik, Tuhan mengatakan itu tidak ada artinya. Nikodemus perlu dilahirkan kembali, artinya menerima hayat yang lain. Nikodemus adalah seorang agamawan, yang hidup menurut Taurat. Tetapi itu bukan untuk sekedar hidup agamawan tujuan Tuhan Yesus datang.

Tuhan Yesus datang supaya kita menerima hayat yang kekal bahkan hayat yang berlimpah-limpah. Sangat berbeda dengan agama, misalnya Islam, dimana nabi M adalah contoh yang baik menurut mereka, sehingga tingkah laku pengikutnya mengikuti tingkah laku mister M. Tuhan Yesus datang sebagai hayat, sehingga Dia bisa hidup didalam kita. Ini sangat dalam.. sekali lagi, ini sangat dalam, dan mudah disalah pahami. Ada perbedaan besar 'mengikuti ajaran Kristus' dengan 'memperhidupkan Kristus'. Dan saya percaya bakal disalah pahami perkara ini.

Bunga mawar mengeluarkan bau yang harum, karena memiliki hayat bunga mawar. Tetapi ada juga bunga plastik yang bisa mengeluarkan wangi bunga mawar, tetapi wanginya tidak asli. Untuk itulah Kristus datang agar kita memiliki hayat kekal (Yoh 3:16) bahkan berkelimpahan (yoh 10:10), sehingga Kristus bisa hidup didalam kita menjadi ekspresi kita yang asli. Adalah mungkin kita hidup menurut ajaran Kristus, tetapi bukan Kristus yang hidup didalam kita, melainkan kita yang memperhidupkan pengajaran Kristus. Kita bisa hidup menurut Injil dan khotbah di bukit, tetapi tanpa Kristus yang hidup. Again, this is very deep.

Ya, saya sangat setuju dengan Ebit, bahwa kita tidak perlu menginstropeksi apakah kita sudah sempurna atau tidak, melainkan kita harus memberitakan Injil kapan saja. Saya menulis ini untuk membagikan bahwa kita tidak bisa bergantung pada perkataan kita akan doktrin mengenai Kristus, melainkan kita harus bergantung pada Roh yang berhuni diluar kita, dan Roh Kudus diluar kita. Tetapi bukan berarti kita tidak perlu doktrin mengenai Kristus, kita perlu, tetapi kesaksian kita bukan bergantung dari itu.

btw Ebit, thanks for posting this. Dengan demikian sharing itu terus bergulir :)

rivel

PELAYANAN YANG SEJATI -4

Kita memang perlu senantiasa memperhidupkan Kristus dalam hidup kita sehari-hari  sehingga orang pun melihat Kristus yang tinggal di dalam kita dan memuliaan Dia. 
Karena tingkah laku, gaya hidup kita yang tidak mencerminkan Kristus bisa menjadi batu sandungan untuk orang lain bisa menerima Injil (Kristus) yang kita beritakan. 

Ada satu kisah yang menarik mengenai Mahatma Gandhi yang bisa menggambarkan mengenai apa yang saya sampaikan ini. berikut kisahnya :

Saya suka Kristus Anda. Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda

Di dalam hidupnya, Mahatma Gandi, tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan India dengan cara damai, sering mengutip dari Khotbah di Bukit di Matius 5-7. Seorang misionaris E. Stanley Jones bertemu dengan Gandhi dan bertanya," Sekalipun Anda sering mengutip kata-kata Kristus, mengapa Anda kelihatannya keras menolak untuk menjadi pengikutnya?

Jawab Gandhi, "Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus Anda. Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda."
"Jika orang Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di dalam Alkitab, seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini," katanya lagi.

Kita akan mengerti mengapa Gandhi mempunyai pandangan itu jika kita melihat pada pengalamannya saat ia bekerja sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan yang menjalani sistem apartheid pada waktu itu. Sebagai seorang anak muda, Gandhi sangat tertarik dengan Kekristenan dan ia mempelajari Alkitab dan ajaran-ajaran Kristus. Dia serius mempertimbangkan untuk menjadi seorang Kristen dan mencari sebuah gereja untuk dikunjungi yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Di pagi minggu saat ia mau melangkah masuk ke gereja, seorang penerima tamu menghalang langkahnya.
"Mau ke mana kamu orang kafir?" tanya seorang pria berkulit putih padanya dengan nada yang angkuh.

Gandhi menjawab, "Saya ingin mengikuti ibadah di sini."
Penatua gereja itu membentaknya dengan berkata, "Tidak ada ruang untuk orang kafir di gereja ini. Enyahlah dari sini atau saya akan meminta orang untuk melemparkan kamu keluar!"

Suatu tindakan keangkuhan dari seorang yang seharusnya mewakili Kristus menghentikan langkah seorang Gandhi untuk mempertimbangkan Kekristenan bagi dirinya, namun dia tidak dapat menyangkal kebenaran ajaran dan juga teladan hidup Kristus. Itulah yang membuatnya mengangkat hal-hal yang baik yang ditemukan di dalam ajaran dan kehidupan Kristus dan menerapnya sebagai falsafah kehidupannya.

Di dalam ucapannya kepada organisasi Misionaris Wanita (Women Missionaries) di tanggal 28 Juli 1925, Gandhi berkata, "...sekalipun saya bukan seorang Kristen, namun sebagai seorang pelajar Alkitab, yang mendekatinya dengan iman dan rasa hormat, saya ingin menyajikan pada Anda intisari dari Khotbah di Bukit." Di dalam ucapannya, Gandi berkata bahwa terdapat ribuan pria dan wanita hari ini, yang sekalipun tidak pernah mendengar tentang Alkitab atau Yesus, namun memiliki iman dan lebih takut pada Tuhan ketimbang orang-orang Kristen yang mengenal Alkitab dan Sepuluh Perintah.

Gandhi pernah berkata kepada seorang misionaris yang lain, "Cara paling efektif untuk penginjilan adalah hidup di dalam Injil, menjalaninya dari awal, pertengahan dan akhirnya. Bukan saja mengkhotbahkannya, tapi hidup menurut terang itu. Jika Anda melayani orang lain, dan Anda meminta orang lain untuk melayani, mereka akan mengerti. Tapi Anda mengutip Yohanes 3.16 dan meminta mereka untuk menyakininya, dan itu sama sekali tidak menarik bagi saya, dan saya yakin, orang lain juga tidak akan memahaminya. Injil itu lebih kuat kuasanya saat dijalani/dipraktik ketimbang dikhotbahkan."

"Bunga mawar tidak perlu berkhotbah. Ia hanya menebarkan wewangiannya. Aroma itu adalah suatu khotbah tersendiri...aroma kesalehan dan kehidupan spiritual jauh lebih halus dari wewangian bunga mawar."

Saat berbicara dengan misionaris Stanley Jones yang meminta saran dari Gandi, Gandhi menyampaikan, "Pertama, saya menyarankan semua orang Kristen dan misionaris mulai hidup lebih mirip dengan Yesus Kristus. Kedua, praktikkan tanpa mengencerkan atau mengubahnya. Ketiga, jadikan kasih daya penggerak Anda, karena kasih adalah unsur sentral di dalam Kekristenan. Keempat, pelajarilah agama non-Kristen dengan lebih sistematis untuk menemukan kebaikan yang terkandung di dalamnya, agar kalian mempunyai pendekatan yang lebih simpatis."


- Menjadi saksi Kristus bukan berarti harus SUDAH sempurna seperti Kristus. Tetap perhidupkan Kristus dalam keseharian dan beritakanlah tentang DIA. Haleluya!-

Thanx.
Ebith

PELAYANAN YANG SEJATI -3

Ya, tepat sekali BROTHER EBITH. Ini adalah Amanat Tuhan, bahwa kita menjadi saksiNya.

Poinnya adalah mereka yang kita layani, juga mengalami Kristus yang terwahyukan, Kristus yang diperhidupkan, dan Kristus yang terbentuk didalam mereka. 

Ada perbedaan yang besar antara 'memberitakan tentang Kristus' dan 'memberitakan Kristus'. Kita tidak mau menjadi orang yang sekedar memberitakan tentang Kristus, atau saksi tentang Kristus. Kita harus menjadi saksi Kristus, memberitakan Kristus yang diwahyukan didalam kita, diperhidupkan, dan terbentuk didalam kita. 


Bedanya adalah yang pertama menceritakan tentang seseorang yang hidup 2000 tahun yang lalu.
Yang kedua memanifestasikan real Christ yang hidup *sekarang* dalam dirinya. 

Jangan salah sangka, kita tetap harus pergi dan berbicara, tetapi dalam pembicaraan kita, orang melihat Kristus yang hidup.

We are preaching the Living Person, not the story about that Living Person. So, experience Christ and preach Him !

rivel

PELAYANAN YANG SEJATI -2

Thankx bang RIVEL untuk share-nya.. benar sekali bahwa Yesus adalah pusat kehidupan kita termasuk di dalam melayani-NYA.

Namun ada yang mau saya tambahkan dari apa yang saya dapatkan dari point penting di Galatia 1: 16. yaitu fokus pelayanan Paulus selain Kristus yang diwahyukan di dalam kita adalah supaya kita memberitakan YESUS (announce HIM as the Gospel) kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal Dia, seperti yang tertulis :

"To reveal His Son in me that I might announce Him as the gospel among the Gentiles"

Jadi kalo saya boleh tambahkan,  fokus pelayanan Paulus dari yang abang tulis menjadi   : 
Pertama adalah Kristus yang diwahyukan didalam kita (Gal1:16),  kemudian Kristus yang diperhidupkan didalam kita (Gal 2:20),  Kristus akan terbentuk didalam kita (Galatia 4 : 19) dan pada akhirnya memberitakan DIA di antara bangsa-bangsa yang belum mengenalnya (Galatia 1 : 16).

We are saved by HIS works to do good works for HIS sake.. 

Thanx..
Ebith..

PELAYANAN YANG SEJATI -1

Di dalam kitab Galatia kita bisa melihat beban Paulus dalam pelayanannya, yaitu melayankan Kristus. Kristus yang dilayankan kepada orang-orang bersifat progresif.

Gal 1:16  To reveal His Son in me that I might announce Him as the gospel among the Gentiles
Gal 2:20  but it is Christ who lives in me
Gal 4:19  travail again in birth until Christ is formed in you,

Pertama adalah Kristus yang diwahyukan didalam kita (Gal1:16), kemudian Kristus yang diperhidupkan didalam kita (Gal 2:20), dan pada akhirnya Kristus akan terbentuk didalam kita (Gal 4:19). Ini adalah fokus dari pelayanan Paulus. Kita bisa memiliki banyak pelayanan, tetapi jika fokusnya bukan untuk melayankan Kristus, maka pelayanan itu tidak terhitung. 
Kita seperti membangun dengan jerami dan rumput kering. Semoga Tuhan membuka mata rohani kita, bahwa yang terhitung dalam pelayanan adalah Kristus yang diwahyukan, Kristus yang diperhidupkan, dan Kristus yang terbentuk didalam kita dan orang-orang yang kita layani. Amin!

O Lord, open our spiritual eyes to see this.

further reading: Life-Study of Galatians chapter 23 - W. Lee
"Paul’s burden was not to carry on a Christian work, but was to minister Christ to the believers, to labor that Christ might be formed in them (v. 19). It is possible to work for the Lord and to help the saints, without having the burden to minister Christ to them. We may earnestly work for Christ without having any burden to see Christ formed in the saints.

Paul was in travail that Christ might be formed in the Galatians. Christ, a living Person, is the focus of Paul’s gospel. His preaching is to bring forth Christ, the Son of the living God, in the believers. This differs greatly from the teaching of the law in letters. Hence, the book of Galatians is emphatically Christ-centered. Christ was crucified (3:1) to redeem us out of the curse of the law (3:13) and rescue us out of the evil religious course of the world (1:4); and He was resurrected from among the dead (1:1) that He might live in us (2:20). We were baptized into Him, identified with Him, and have put on Him, have clothed ourselves with Him (3:27). Thus, we are in Him (3:28) and have become His (3:29; 5:24). On the other hand, He has been revealed in us (1:16), He is now living in us (2:20), and He will be formed in us (4:19). It is to Him the law has conducted us (3:24), and in Him we are all sons of God (3:26). It is in Him that we inherit God’s promised blessing and enjoy the all-inclusive Spirit (3:14). It is also in Him that we are all one (3:28). We should not be deprived of all profit from Him and so be severed from Him (5:4). We need Him to supply us with His grace in our spirit (6:18) that we may live Him."

rivel

FACE THE BOOK

Mazmur 119:1-24
Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu (Mazmur 119:20)

Jonathan Edwards mencatat bagaimana ia face the Book, memandang Alkitab: “Di dalam diri saya tumbuh kesukaan yang sangat besar akan Alkitab, lebih dari buku apa pun. Seringkali ketika membacanya, setiap kata terasa menyentuh hati saya. Saya merasakan harmoni antara sesuatu di hati saya dengan kata-kata yang indah dan kuat dari Alkitab. Saya sering seperti melihat begitu banyak terang yang dipancarkan oleh setiap kalimat, seperti menikmati makanan lezat yang disajikan, sehingga saya terhenti melanjutkan pembacaan saya. Sering saya sampai lama merenungkan satu kalimat Alkitab, untuk melihat keajaiban di dalamnya; namun hampir semua kalimat tampaknya penuh dengan keajaiban.”

Mazmur 119 juga dipenuhi gairah kecintaan yang besar dari penulisnya dalam face the Book. Perhatikan pilihan kata-katanya: “Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta ... firman-Mu tidak akan kulupakan ... Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu ... aku merenungkannya sepanjang hari ... semuanya itu kegirangan hatiku ... perintah-perintah-Mu lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua ... Aku berpegang pada peringatan-peringatan-Mu, dan aku amat mencintainya. (ayat 14,16,20,97,111,127,167).

Becermin pada pemazmur dan Edwards, kita mendapati kerohanian kita yang pucat, disiplin rohani yang tertatih, dan kerinduan yang kerontang. Mari meminta Tuhan memenuhi kita dengan cinta pada penyataan-penyataan Diri-Nya, kerinduan dan sukacita untuk face the Book setiap hari.

HATI YANG MENCINTAI TUHAN MELUAP
MERINDUKAN PENYATAAN-PENYATAAN-NYA

Written by Johan Setiawan 

Kamis, 02 Februari 2012

MENGINGINKAN-MU

Mazmur 73
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi (Mazmur 73:25)

Salah satu lagu favorit saya ialah God is The Strength of My Heart karya Don Moen, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Allah Sumber Kuatku. Lirik lagu ini digubah dari Mazmur 73:25-26. Saya senang menyanyikan refreinnya: “Allah sumber kuatku (3x) dan bagianku s’lamanya”, tetapi sering kesulitan menyanyikan dua kalimat pertama: “Hanya Kau milikku di surga/Tiada yang kuingini di bumi, hanya Kau ....” Saya tak bisa bohong di hadapan Tuhan. Kerap kali Tuhan saja tidak cukup. Hati saya punya banyak keinginan yang lain. Seperti Asaf.

Asaf tak bisa bohong di hadapan Tuhan. Ia ingin banyak hal yang dimiliki orang lain (ayat 3-5). Akibatnya, ia mulai merasa hidup yang dipersembahkannya bagi Tuhan itu menyusahkan, bodoh, dan sia-sia (ayat 13-14, 21-22). Ia tahu bahwa tidak patut ia bersikap demikian, tetapi sungguh sulit memahami mengapa Tuhan tidak mengizinkan segala keinginannya terpenuhi, atau setidaknya menutup berkat bagi orang fasik (ayat 15-16).

Menginginkan sesuatu selain Tuhan sungguh mengerikan. Celakanya, jika kita memeriksa diri, justru itulah kecenderungan hati kita. Asaf akhirnya menyadari kebaikan Tuhan yang mencegahnya “berzina meninggalkan Tuhan” (ayat 27), dengan tidak memberikan kepadanya kemujuran orang lain yang sempat ia cemburui. Adakah sesuatu atau seseorang yang kita ingini lebih dari Tuhan dalam hidup kita? Doa saya, Tuhan mencondongkan hati saya sedemikian rupa, sehingga tidak ada hal lain yang lebih menarik dan memuaskan hati saya lebih dari kehadiran-Nya. Biarlah ini menjadi doa Anda juga.

TUHAN, TOLONG SAYA UNTUK MENGINGINKAN-MU
LEBIH DARI APA PUN, LEBIH DARI SIAPA PUN

Written by Elisabeth Chandra

Rabu, 01 Februari 2012

BAPA

Roma 8:12-17
... kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15)

Bilquis Sheikh menuliskan kisah hidupnya dalam buku I Dared to Call Him Father. “Aku tiba-tiba menyadari bahwa Dia mendengarkanku. Sama se­perti bapaku di dunia mendengarkan­ku .... Tiba-tiba aku merasa ada orang lain yang hadir di situ. Dia ada di situ. Aku bisa merasakan hadirat-Nya … Aku merasa seperti gadis kecil yang duduk di pangkuan Bapanya,” demikian ia menu­lis. Kenyataan bahwa ia bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa membawa Bilquis merasakan kasih-Nya yang luar biasa.

Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma juga membukakan betapa luar biasanya hal ini. Ia menulis bahwa orang-orang kristiani yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak  Allah (ayat 14), dan sebagai anak, kita bisa memanggil-Nya dengan sebutan Bapa. Perhatikanlah berkat Bapa bagi anak-anak-Nya. Per­tama, kita diberi kemampuan untuk mematikan perbuatan-per­buatan daging (ayat 13). Itu artinya kita diberi kesanggupan un­tuk menolak dosa, berkata tidak terhadap pencobaan. Kedua, kita ti­dak lagi menerima roh perbudakan yang membuat kita takut (ayat 15). Ketiga, kita adalah ahli waris dari janji-janji Allah (ayat 17). Berkat-berkat yang hebat dari Bapa yang hebat!

Seberapa sering kesadaran bahwa kita punya Bapa di surga mewarnai kehidupan kita sehari-hari? Kerap kita mengalah pada dosa, berputar-putar dalam ketakutan dan kekhawatiran hidup di dunia. Kita perlu lebih sering mengingat identitas kita sebagai anak Allah. Dan, biarlah rasa hormat dan sukacita mengalir deras di hati setiap kali secara sadar kita memanggil-Nya sebagai Bapa.


MEMANGGIL TUHAN DENGAN SEBUTAN BAPA
ADALAH HAK ISTIMEWA ANAK-ANAK-NYA

Written by Redaksi 

TETAP NYATAKAN KEBENARAN

Lukas 22:63-71
“Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah” (Lukas 22:70)

Pernah melihat atau mengikuti proses persidangan? Anda mungkin pernah mengamati bahwa banyak pertanyaan hakim yang sifatnya menggiring atau menjebak terdakwa untuk memberikan jawaban yang diinginkan.

Situasi yang sama rupanya terjadi juga dalam persidangan yang dihadapi Yesus. Musuh-musuh-Nya meminta penjelasan apakah Yesus benar Sang Mesias, Penyelamat yang dijanjikan Tuhan (ayat 67a). Namun, ini bukan pertanyaan yang muncul dari keingintahuan yang tulus, melainkan upaya mencari-cari kesalahan agar mereka dapat menuduh Yesus melakukan tindak kejahatan (ayat 67b). Ironis sekali! Ucapan benar malah dipahami sebagai pernyataan yang ditunggu-tunggu untuk menyalahkan Yesus (ayat 70). Apakah Yesus menyadari motivasi di balik pertanyaan mereka? Sangat tahu! (ayat 67-68). Dan, Dia tetap menyatakan kebenaran, sekalipun Dia tahu risiko yang harus ditanggung-Nya.

Sampai kini, masih ada banyak orang mengeraskan hati melawan dan mendakwa Yesus. Kita mungkin mengalami juga situasi-situasi sulit karena status kita sebagai pengikut Yesus. Orang-orang mencari kesalahan dan memakai kesaksian kita sebagai senjata untuk menyerang. Setiap kita menderita sebagai akibat pelayanan dan kesaksian kita tentang Yesus, ingatlah bahwa Dia telah lebih dulu menanggungnya. Tetaplah menyatakan kebenaran dengan berhikmat. Ketika Yesus datang kembali kelak, kita tidak akan menghadap-Nya dalam penyesalan


JADIKAN KRISTUS SEBAGAI TELADAN
DALAM SEGALA KEADAAN, TETAP NYATAKAN KEBENARAN

Written by Eddy Nugroho 

Yang Paling Banyak Dibaca