Selamat datang ke blog Giving ministry

Giving Ministry (GM) : Sebuah pelayanan kerohanian yang bersifat INTERDENOMINASI yang berada dibawah naungan Yayasan Giving Indonesia (YGI).
Lahir di kota Medan-Indonesia, 31 Januari 2009.

VISI : Menjadi tempat persemaian bagi anak-anak Tuhan untuk menggali dan mengembangkan POTENSI baik secara PROFESIONAL dan APOSTOLIK agar berbuah dan siap memberkati kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan Bangsa-bangsa.

Senin, 30 Januari 2012

GENERATION OF INVINCIBLE GLORY (GIVING) bagian-3

Generation of InVINcible Glory (GIVING)
(Generasi dengan Kemuliaan Yang Tak Terkalahkan) 

 
  • Apakah maksudnya para pendeta akan menjadi pengusaha?
Kalau yang dimaksud gembala menjadi pengusaha tentunya bukan, tapi para gembala mengambil bagian dalam pelayanan Apostolik di Ministry ini. Mereka akan terlibat dalam Program-Program Apostolik dalam penggembalaan anggota dan jiwa-jiwa baru supaya menerima asupan firman yang segar. Para nabi dan nabiah akan menyuarakan pesan-pesan Tuhan, para pengajar terlibat dalam memperlengkapi anggota dalam pemahaman firman secara benar, para penginjil dan rasul akan membantu anggota untuk menerobos Marketplace. Semua itu akan efektif dilakukan lewat radio, buku, tabloid, VCD,dll yang sudah disiapkan oleh Divisi Profesional sebagai bagian dari Ministry ini. Ini sesuai dengan pernyataan Visi GIVING Ministry dalam menumbuhkan dan mengembangkan talenta secara Apostolik dan Profesional.

  • Apa maksudnya Apostolik dan Profesional?
Kedua kata tsb terangkum dalam kata "Integritas", dimana perkataan sesuai dengan perbuatan. Kita banyak menyampaikan pengajaran, nasehat, himbauan, bahkan perintah dalam pelayanan Divisi Apostolik...kita perlu mengaktualisasi hal-hal tsb di Divisi Profesional, misalnya: tidak cukup untuk memberi pengajaran agar Giver tidak khawatir mengahadapi kehidupan, atau menasehati mereka agar senantiasa mengucap syukur...namun mereka juga perlu ditunjukkan "sikap hidup" yang profesional dalam bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Etika profesionalisme tsb menjadi buah dari Pengajaran!

Suasana HUT Giving Ministry yang ke 3
  • Contoh Konkritnya?
Sebenarnya contoh itu terjadi setiap hari di sekitar kita. Pernah tidak melihat "orang Kristen" memotong antrian karena tidak sabar menunggu, sementara yang "non Kristen" di belakangnya dengan penuh sabar dan tersenyum melihat kejadian tsb? Pernah tidak melihat di kantor, orang Kristen justeru paling sering telat bahkan melawan atasan sementara yang " nonton Kristen" selalu rajin datang On-time dan patuh pada atasannya? Jangan heran kalau ada orang Kristen jauh lebih miskin daripada orang non Kristen. Bukan Tuhan tidak memberkati umatNya, namun Tuhan tidak mau berkatNya berubah menjadi kutuk bagi umat pilihanNya karena sikap hati umat yang salah.

  • OK, jadi di GIVING ini ada 2 Divisi, Apostolik dan Profesional?
Ya betul bisa dikatakan seperti itu, tepatnya dengan adanya Yayasan GIVING Indonesia (YGI) maka GIVING Ministry menjadi bagian dari YGI yang fokusnya pada Apostolik. Saat ini hal-hal Profesional masih saya pimpin langsung di bawah unit-unit usaha yakni Holding Medcomm Group (Medcomm Technologies, Medcomm Solution, dan Medcomm Power). Nantinya akan ada orang yang akan ditunjuk sebagai pengurus harian yang fokus untuk melakukan Program-Program KUB, Radio, EO, Tabloid, Audio Visual, dlsb.

  • Program mana saja yang sudah berjalan?
Untuk KUB sudah berjalan sejak GIVING berdiri, namun masih perlu dievaluasi. Program ini memiliki impian agar setiap orang yang kurang mampu (miskin)  dimenangkan sehingga mereka melihat "roh kemiskinan" mampu ditaklukkan. Program KUB ini sudah dilakukan di berbagai daerah seperti Pantai Cermin, Deli Serdang, Mandala, Karo, bahkan Sidikalang. Kami rindu daerah ini dimenangkan bagi Tuhan!

  • Caranya?
Kami mengalokasikan sejumlah dana untuk membeli sesuatu, apakah ternak atau tanaman untuk dikelola langsung oleh jemaat yang dipilih oleh gembala Gereja setempat yang sudah menjadi partner GIVING. Misalnya membeli 50 ekor bebek atau beberapa ekor ayam dengan dana sebesar Rp. 2.500.000,- dengan harapan beberapa bulan kemudian ketika jemaat tsb sudah mampu mengembalikan dana tsb maka dana tsb akan diberikan lagi (estafet) oleh Gembala kepada keluarga lainnya yang kurang mampu. Demikianlah seterusnya sampai seluruh jemaat diberdayakan agar taraf hidup mereka semakin meningkat. Bayangkan jikalau secara simultan ada 5-10 keluarga jemaat yang dipercayakan, maka pertumbuhannya akan luar biasa seperti layaknya konsep MLM. Bedanya dgn MLM, Program ini gratis buat setiap jemaat!

  • Bagaimana dengan sumber dana GIVING?
Sejauh ini masih ditopang oleh pribadi-pribadi yang tergerak untuk menabur, selain itu dari unit usaha, dan pihak eksternal yang rindu menabur setelah mendengar Visi Ministry ini.
Ke depan ketika semua mulai running well, maka sumber dananya akan datang dari berbagai kalangan eksternal lainnya seperti Pemerintah, bantuan asing, dan korporasi lainnya seperti perusahaan, yayasan, dan organisasi lainnya yang tergerak dengan visi GIVING. Tuhan meminta kami untuk memulainya dari diri kami sendiri secara internal. Pada saatnya Spirit Menabur ini akan membuat banyak orang mengucap syukur pada Allah karena Giver sudah diperkaya dengan segala kemurahan hati. Detailnya bisa dibaca pada 2 Korintus 9:6-15.



....bersambung bagian-4

HAMBA KRISTUS

1 Korintus 4:1-21
Demikianlah hendaknya orang memandang kami:sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah (1 Korintus 4:1)

Bagaimana rasanya kalau ada orang yang memanggil atau memperlakukan Anda dengan sebutan “hamba”? Dalam Alkitab, “hamba” berasal dari kata doulos yang berarti “budak belian”, yang tidak memiliki hak apa pun dalam hidupnya kecuali ia ditebus orang atau dibebaskan oleh majikan yang murah hati. Kristus menyebut pengikut-Nya sebagai murid dan sahabat-Nya, bukan hamba (lihat Yohanes 13:35; 15:15). Namun, Dia sendiri meneladankan hidup sebagai seorang hamba, dan mengajarkan bagaimana seharusnya para murid bersikap sebagai seorang hamba (lihat Yohanes 13:1-20; Lukas 17:7-10)

Rasul Paulus sering menyebut sendiri dirinya dan teman-temannya sebagai hamba-hamba Kristus (lihat Roma 1:1; Titus 1:1; Filipi 1:1), sama seperti yang kita baca hari ini. Bukan dengan nada sedih atau terpaksa, melainkan dengan nada bangga, karena Tuhan memercayakan kepada mereka tugas yang penting (ayat 1). Dalam perselisihan jemaat Korintus (lihat pasal 3), Paulus tidak memegahkan diri sebagai pemimpin yang hebat. Bukan penilaian orang yang penting baginya, tetapi penilaian Tuhan (ayat 3-4). Mengapa? Karena ia adalah hamba-Nya.

Bagaimana kita memandang diri kita di hadapan Tuhan? Kesadaran bahwa kita adalah budak dosa yang telah ditebus oleh Kristus seharusnya membanjiri hati kita dengan rasa syukur dan kasih kepada Dia yang telah membebaskan kita. Mendorong kita menjalani setiap hari bukan untuk menyenangkan orang lain melainkan untuk menyenangkan Sang Pemilik hidup kita. Seperti Paulus, kita bangga dikenal sebagai hamba-hamba Kristus

MELAYANI TUHAN ADALAH SUKACITA DAN KEHORMATAN
SIAPAKAH AKU HINGGA BOLEH MENJADI HAMBA-MU?

Written by Andreas Christanday 

Minggu, 29 Januari 2012

BERTOBAT DI KAYU SALIB

Lukas 23:33-43
Lalu ia berkata: ”Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42)


Enak, ya, jadi penjahat yang disalib ber­sama dengan Yesus itu. Bertobat lang­­­sung masuk ke surga. Coba kalau kita bi­sa bersenang-senang sepuasnya dulu di du­­nia, lalu sebelum mati baru kita ber­to­bat,” kelakar seorang teman. Per­ta­nya­an­nya, benarkah penjahat itu bertobat secara “enak”?
Kita lihat dulu dari sisi Tuhan Yesus. Pe­­nam­pilan-Nya saat itu betul-betul tak men­janjikan. Dia lebih mirip seorang pe­sa­kit­­an daripada seorang Juru Selamat. Se­la­in kondisi fisik-Nya yang begitu buruk dan me­­ngerikan, ejekan, olok-olok, dan hu­­jat­an pun menimpa-Nya secara bertubi-tubi.
Si penjahat sendiri juga sedang me­nang­­gung penyaliban. Penyaliban diakui se­­bagai bentuk hukuman mati yang paling ke­ji dan paling menyiksa. Kesengsaraan yang diakibatkannya ber­lang­sung secara pelan, tetapi pasti. Penderitaannya seakan tidak ber­­ujung. Seseorang menulis, “Dalam keadaan seperti itu, Anda cu­ma bisa berdoa atau mengutuk.”
Akan tetapi,  si penjahat memilih untuk mengamati Si Terhukum di se­belahnya, mencerna pembicaraan orang tentang-Nya, dan mem­ban­tah hujatan penjahat lain terhadap-Nya. Dan, akhirnya ia pun sam­pai pada pengakuan bahwa Si Terhukum ini sejatinya ada­lah Sang Raja! Apakah Anda akan mengatakan bahwa itu keputusan yang diambil secara gampang dan “enak”?
Pertobatan, dari sudut pandang manusia, tidak pernah enak. Itu ber­arti meninggalkan keinginan egois agar kita dapat menyambut ke­­hendak Tuhan. Siapa yang melakukannya, tanpa harus mati dulu se­perti si penjahat, maka ia akan menemukan Firdaus—lambang su­­kacita yang paling dalam—hari ini juga. Bersediakah Anda? 

MENINGGALKAN KEINGINAN EGOIS DAN MENYAMBUT KEHENDAK TUHAN
ADALAH SATU-SATUNYA JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN SEJATI

Written by Arie Saptaji 

TIDAK TERLELAP

Mazmur 121
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap (Mazmur 121:3)

Kisahnya terjadi di Cirebon. Suatu ma­­­­­lam, sekelompok orang mencuri alat be­r­at jenis ekskavator hidrolik yang diparkir di lokasi galian tanah. Alat itu beratnya be­­las­an ton. Untuk me­min­dah­kannya, si pen­cu­ri harus memakai truk khusus pengang­kut alat berat. Prosesnya pasti cukup lama dan menimbulkan suara bising. Anehnya, ti­dak satu pun satpam yang berjaga di lo­ka­si mengetahuinya. Menga­pa? Karena me­­reka semua sedang ter­lelap!
Seorang penjaga yang suka ketiduran ti­dak dapat memberi jaminan keamanan. Gang­­guan bisa datang kapan saja. Maka, pen­­jaga yang baik harus terus siaga. Be­gi­tu ada gangguan, ia harus segera ber­tin­dak. Pemazmur membutuhkan pen­jaga se­ma­cam itu. Saat berziarah ke Yerusalem, ia ha­rus melewati ja­lan berbahaya yang dikelilingi gunung-gunung batu (ayat 1). Dari ba­lik bebatuan, perampok atau binatang buas bisa mun­cul kapan saja. Siapa penjaga yang paling mampu menjamin kea­man­annya? Tuhan! Dialah Penjaga yang tak pernah terlelap (ayat 3-4). Dan, Dia ti­dak hanya mampu menjaganya dari kecelakaan (ayat 7). Cu­aca gu­run yang ekstrem pun dapat diatur-Nya hingga bersahabat, se­bab Dia adalah penguasa alam raya (ayat 2,6).
Mazmur ini mengekspresikan iman dan rasa aman pemazmur pa­da penjagaan Tuhan. Karena keyakinan bahwa Tuhan menjaga, ia da­pat me­leng­gang riang di jalan penuh bahaya sekalipun. Yakinkah An­da, bahwa Tuhan pun tengah menjaga keluar masuk Anda (ayat 8)? Ba­­haya dan an­caman selalu ada. Akan tetapi, jika Anda memohon Tuhan men­jadi Sang Penjaga, Anda aman. Sebab, Tuhan pasti ber­se­dia men­­ja­ga dan Dia tidak pernah “kecolongan”. Dia tidak akan per­nah terlelap! 

KARENA TUHAN ADALAH PENJAGA YANG TAK PERNAH TERLELAP
KITA BISA TIDUR DENGAN LELAP

Written by Juswantori Ichwan 

GURU

Yakobus 3:1-12
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kamu tahu bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat (Yakobus 3:1)

Filsafat Jawa mengatakan bahwa guru adalah digugu dan ditiru (ajarannya dipercayai dan hidupnya menjadi teladan) oleh muridnya. Jepang, negeri yang terkenal sangat maju teknologinya, juga mengakui betapa pentingnya peran guru. Ketika porak-poranda dalam perang dunia kedua, yang menjadi perhatian Kaisar Hirohito adalah: “Masih ada berapa banyak guru yang tersisa di Jepang?” Peran guru memang sangat sentral dalam peradaban hidup manusia di mana saja. Guru-guru yang berkualitas jelas akan menghasilkan generasi yang berkualitas pula.

Menarik sekali apa yang dikatakan Alkitab tentang guru: “...janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru...” Apa maksudnya? Apakah Alkitab tidak menganjurkan pengikut Kristus menjadi guru? Kalimat selanjutnya memberi penjelasan. Yakobus sedang memberikan peringatan agar orang tidak memandang ringan peran guru dan sembarangan saja mengajar orang lain. Jika seseorang mengajarkan hal yang salah, yang diajar jadi ikut sesat, karena itu Tuhan menuntut pertanggungjawaban yang lebih dari mereka yang menyebut dirinya sebagai guru (bandingkan peringatan ini dengan Matius 18:6).

Adakah dalam hari-hari ini kita diberi kesempatan untuk mengajar orang lain? Mungkin sebagai pemimpin, gembala, orangtua, atau bahkan seorang pengajar profesional. Mari memeriksa diri, apakah kita sudah pantas untuk digugu dan ditiru. Tindakan dan perkataan kita, dapat membawa orang-orang makin mengenal dan memuliakan Tuhan, atau sebaliknya, menjauh dan melakukan apa yang mendukakan hati-Nya

BAGIKANLAH TIDAK HANYA TUMPUKAN PENGETAHUAN
TETAPI JUGA KEHIDUPAN YANG MENYENANGKAN HATI TUHAN

Written by Susanto 

Sabtu, 28 Januari 2012

PADUAN SUARA “AMIN”

Filipi 1:1-11
Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini (Filipi 1:5)

Ketika mengunjungi kebaktian beberapa gereja di Korea Selatan, ada satu hal yang membuat saya penasaran. Jemaat yang hadir berulang kali menanggapi pengkhotbah dengan kata “Amin”. Menariknya, suara mereka nyaris selalu bersamaan, seperti sebuah paduan suara. Saya tahu di Indonesia tanggapan “Amin” ada, namun umumnya sendiri-sendiri. Rasa penasaran saya terjawab setelah mengikuti kebaktian kesekian kalinya, dan mendengar tentang partisipasi nyata gereja-gereja Korea Selatan dalam pemberitaan Injil ke seluruh dunia. Semua gereja dari pelbagai latar-belakang mendidik jemaatnya untuk mengabarkan Injil dan mendukung pekabaran Injil. Tidak heran, ketika kalimat-kalimat khotbah berisi ajakan memberitakan Injil, tanggapan spontan mereka pastilah “Amin”.

Partisipasi dalam pemberitaan injil juga merupakan kesan kuat yang tertanam di hati Paulus setiap kali mengingat jemaat di Filipi (ayat 5). Salah satu wujudnya, mereka memberikan bantuan untuk mencukupi kebutuhan Paulus sebagai pemberita injil lintas budaya (lihat pasal 4:15,16,18). Tindakan kasih tersebut tentunya didasari kerinduan agar injil diberitakan, bukan hanya dari satu orang, tapi seluruh jemaat. Surat Filipi memuat ucapan terima kasih dari sang rasul kepada mereka.

Ada satu hal yang sama-sama “diaminkan” baik oleh gereja-gereja di Korea Selatan, maupun jemaat Filipi. Hati mereka penuh kerinduan memberitakan Injil ke segala bangsa. Apakah keyakinan dan kerinduan yang sama juga meliputi hati kita dan menggerakkan tindakan kita untuk mengambil bagian secara nyata?

KETIKA HATI MENYATU DALAM BERITA SUKACITA
LANGKAH KITA PUN AKAN BERPADU UNTUK MENGABARKANNYA

Written by Pipi Agus Dhali 

MARAH PADA TUHAN

Ratapan 5:1-22
Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama? ... Apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? (Ratapan 5:20,22)

Melihat kondisi bangsa dan negara yang kita cintai, pernahkah Anda marah, jengkel, mengeluh pada Tuhan? Menuduh-Nya tidak peduli? Perasaan yang sama pernah dialami oleh nabi Yeremia ketika ia melihat keadaan kota Yerusalem dan bangsanya yang hancur.

Alkitab tidak menutupi kebobrokan umat Tuhan. Dalam doa Yeremia, kita diberitahu seperti apa kondisi yang ia tangisi saat itu (bandingkan dengan negara kita). Bangsanya terhina oleh bangsa lain dan asetnya dikuasai orang asing (ayat 1-2). Ada banyak anak yatim dan janda. Terjadi kekurangan air dan bahan bakar (ayat 3-4). Mereka harus bekerja lebih keras dan terpaksa minta bantuan negara asing (ayat 5-6). Rakyat menjadi korban kesalahan para pendahulu dan diperintah pejabat yang tidak bermutu (ayat 7-8). Banyak pembunuhan, kelaparan dan perkosaan (ayat 9-11), dan seterusnya. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini? Yeremia mengeluh dengan satu kesadaran yang kuat: inilah murka Tuhan akibat dosa (ayat 16, 22). Tuhan sudah sangat bersabar dengan Israel, tetapi mereka tidak bertobat. Yeremia datang sebagai bagian dari bangsanya itu. Di tengah perasaan yang campur aduk, ia mengakui dosa bangsanya dan memohon belas kasihan Tuhan (ayat 21).

Melihat berita di koran atau televisi hari ini, biarlah tidak hanya rasa marah, jengkel, dan keluhan yang menguasai kita, tetapi juga kengerian akan akibat dosa! Sadarilah betapa murkanya Tuhan terhadap dosa. Umat pilihan pun dihukum-Nya! Ketika berdosa atau melihat dosa di sekitar kita, datanglah pada Tuhan, memohon pengampunan dan belas kasihan-Nya

APA TANGGAPAN YANG TEPAT SAAT DOSA MEREBAK DALAM MASYARAKAT?
MARAH PADA TUHAN ATAU MEMOHON BELAS KASIHAN-NYA?

Written by Andreas Christanday 

MATA HATI TUHAN

Matius 9:35-38
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan telantar seperti domba yang tidak mempunyai gembala (Matius 9:36)

Bayangkan suatu keajaiban terjadi setelah Anda membaca kalimat ini. Dalam sekejap Tuhan Yesus mengubah mata Anda menjadi mata-Nya dan hati Anda menjadi hati-Nya. Kegirangan, Anda lalu mencoba bagaimana rasanya melihat dunia dari mata Tuhan dengan mengamati satu per satu orang yang berlalu lalang di jalanan. Perbedaan apa yang Anda sadari?

Hari ini kita membaca kisah tentang Tuhan Yesus yang berkeliling dari kota ke kota, mengajar dan memberitakan Injil, menyembuhkan dan memulihkan. Suatu kali Dia terdiam. Memandang orang banyak itu, yang datang kepada-Nya dengan mata penuh dahaga akan kabar baik dan pemulihan. Momen ini Matius lukiskan dengan begitu emosional. Yesus ... melihat ... dan hancurlah hati-Nya oleh belas kasihan. Kata “belas kasihan” (compassion) berarti Tuhan Yesus turut merasakan penderitaan orang banyak dan begitu digerakkan oleh keinginan mengangkat derita tersebut. Murid-murid lalu mendengar-Nya berkata dengan gelisah, “Tidakkah kau lihat, orang-orang ini telah siap dituai, namun di mana pekerjanya? Berlututlah, mintalah supaya Tuhan mengirim pekerja-pekerja” (ayat 37-38).

Sudah berapa lama sejak kita pertama kali memutuskan mengikut Yesus? Sejak saat itu, sampai sejauh mana cara pandang Anda terhadap sesama menyerupai cara pandang-Nya? Apakah Anda merasakan kegelisahan hati-Nya? Kerinduan dan gejolak hati-Nya, terhadap orang-orang yang memerlukan Injil dan pemulihan? Mari perbarui visi dan motivasi pelayanan kita di tahun yang baru ini dengan menjadikan mata hati Tuhan sebagai mata hati kita

TUHAN YESUS SEDANG MENANTIKAN SEORANG REKAN SEHATI: ANDA

Written by Zadok Elia 

MANA BISA SEMBUNYI?

Mazmur 139:1-12Kemana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)

Jenny tergesa-gesa mencuci tangannya. Segera setelah itu, ia berlari ke kelas meninggalkan teman-temannya. Bocah berusia empat tahun ini membenamkan kepalanya ke dalam tas ransel besarnya. Tak lama kemudian, suaranya yang lantang membuat saya, yang saat itu berjalan melewati kelasnya yang terbuka, tercengang melihat ulahnya. “Ibu guru, aku sedang sembunyi!” Jenny berpikir jika kepalanya tidak terlihat, maka seluruh tubuhnya pun tidak akan terlihat!

Apa yang Jenny lakukan mengingatkan saya tentang Tuhan Yang Mahatahu. Tuhan mengenal dan menyelidiki kita (ayat 1). Dia tahu apa yang kita lakukan, yang juga dapat diketahui orang lain. Dia tahu keseharian hidup kita: duduk, berdiri, berjalan, berbaring (ayat 2-3). Ia bahkan tahu apa yang orang lain tidak tahu: sesuatu yang tersimpan dalam pikiran kita (ayat 2) serta perkataan yang belum keluar dari mulut kita (ayat 4). Benarlah apa yang pemazmur katakan bahwa kita tidak mungkin dapat bersembunyi dari hadapan-Nya.

Disadari atau tidak, mungkin adakalanya Anda dan saya bertingkah seperti Jenny. Kita berusaha menyembunyikan rapat-rapat kesalahan kita dari hadapan Tuhan. Kita berlari menjauh dari-Nya, berpikir bahwa kita dapat hidup tanpa berurusan dengan Tuhan. Betapa sia-sia hidup seperti itu! Pemahaman bahwa Tuhan Mahatahu seharusnya membuat kita tidak lagi berlari dan bersembunyi dari Tuhan, tetapi justru membawa diri kita untuk senantiasa dikenal dan diselidiki oleh Tuhan. Membuka diri untuk ditegur, diperbaiki, dan dibentuk semakin serupa dengan Kristus

SELIDIKILAH AKU, YA ALLAH DAN PERIKSALAH HATIKU
UJILAH AKU DAN TUNTUNLAH AKU DI JALAN YANG KEKAL!

Written by Silvia Wiguno Setiawan

DUKACITA DI MATA YESUS

Matius 5:1-12
Berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur (Matius 5:4)

Kahlil Gibran menulis, “Hal yang membuatmu tertawa suatu saat akan membuatmu menangis, dan apa yang kini membuatmu menangis adalah hal yang akan membuatmu tertawa.” Menurut pengalaman saya, Gibran membidik dengan tepat kehidupan manusia. Tertawa dan menangis adalah hal yang sehat dan normal dalam hidup manusia. Ada memang beberapa orang yang saking sering mengalami kegetiran
hidup berkata bahwa “air mata mereka sudah kering”. Namun, ini justru menunjukkan kondisi jiwa yang tidak sehat. Biasanya orang-orang semacam itu menyangkali perasaan mereka sendiri dan berusaha untuk tegar tanpa bantuan orang lain. Termasuk Tuhan.

Menarik bahwa dalam khotbah-Nya, Yesus menyebutkan dukacita sebagai salah satu ciri orang yang disebut berbahagia. Dukacita disebut pentheo dalam bahasa Yunani, yang berarti “bersedih” atau “meratap”. Objek kesedihan dan ratapan bisa beragam. Dalam konteks pendengar saat itu, sangat mungkin kesedihan dan ratapan mereka berkaitan dengan status sebagai rakyat kecil yang tak punya banyak akses ke arah kekuatan dan ketahanan sosial-material, kondisi sakit dan terpinggirkan. Yesus memberi pengharapan bahwa mereka sedang berjalan ke arah pintu penghiburan. Justru siapa yang tak pernah mengalami kesedihan, tak akan pernah dapat mengalami hangatnya penghiburan.

Kapan kali terakhir Anda membawa dukacita ke hadapan Tuhan? Ataukah Anda merasa itu tak ada gunanya sebab Tuhan tak peduli? Saat Anda jujur dan hancur hati di hadapan-Nya, ingat janji Yesus: Anda akan beroleh penghiburan-Nya. Jadi, berbahagialah!

DALAM DUKACITA YANG TUHAN BERIKAN
TERSEDIA PENGHIBURAN-NYA YANG MENEGUHKAN

Written by Daniel K. Listijabudi

MASIH TAKJUBKAH KITA?

Mazmur 19:1-7
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2)

Sekelompok siswa kelas 1 SD tampak asyik menggambar ciptaan Tuhan yang mereka temui di halaman sekolah. Setelah beberapa saat, seorang anak menunjukkan hasil karyanya kepada guru. Gambar sebuah bunga dengan kelopak putih dan bagian putik berwarna oranye. Ketakjuban terpancar jelas dari wajahnya. “Ibu guru, Tuhan hebat, ya, bisa menciptakan bunga yang warnanya tidak luntur jika tersiram air. Kalau luntur kan warna putihnya jadi kotor!” Ya, jika mencermati beragam ciptaan Tuhan, ada begitu banyak hal yang akan membuat kita takjub. Betapa hebat dan kreatifnya Dia!

Sebagaimana anak tadi, Daud juga diliputi kekaguman yang luar biasa akan Tuhan. Ia menengadah ke atas dan langit pun seolah bercerita tentang kehebatan Pelukisnya. Ia menelusuri cakrawala yang entah di mana ujungnya, terpesona dengan garis batas langit yang dibuat Tuhan itu. Ia merasakan panas matahari dan menyadari bahwa sinarnya mewartakan keagungan Sang Pencipta ke seluruh penjuru bumi. Dari pagi hingga malam, dari kutub utara hingga selatan, siapa yang dapat menutupi kesaksian Tuhan yang dahsyat tentang diri-Nya sendiri?

Hari ini, ketika hangat mentari menyapa, adakah rasa takjub akan Tuhan meliputi kita? Ketika melewati jejeran aneka pohon di sepanjang jalan, adakah gelora kekaguman akan Tuhan menyeruak dalam sanubari? Tidak ada hari yang biasa-biasa saja ketika panca indera kita benar-benar diaktifkan. Lihat, hirup, sentuh, teliti sekeliling kita, dan biarkan nada ketakjuban mengalun sekali lagi bagi Pribadi yang selayaknya menerima segala hormat dan pujian kita

KETAKJUBAN AKAN TUHAN
MEMBUAT KITA SEMAKIN RINDU MENYEMBAH-NYA

Written by Silvia Wiguno Setiawan

CARA TUHAN

1 Samuel 26:1-25
Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab Tuhan menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan (1 Samuel 26:23)

Kata orang, kesempatan yang sama tidak pernah datang dua kali! Sebab itu, hanya orang bodoh yang membiarkan kesempatan berlalu! Mungkin itulah pikiran Abisai ketika melihat Daud tidak menggunakan kesempatan yang terbuka di hadapannya untuk membunuh Saul (ayat 8). Bukankah jika Saul wafat, jalan bagi Daud untuk menjadi raja akan terbuka lebar? Dan Abisai tentu saja akan menjadi orang penting karena membantu raja dalam hal itu.

Namun, cara berpikir Daud berbeda dari Abisai dan kebanyakan orang yang cenderung memikirkan kepentingan sendiri. Daud lebih mementingkan untuk menghormati Tuhan dalam tindakannya, meski itu berarti melewatkan kesempatan yang ada di depan mata (ayat 9). Saul memang telah membuat hidupnya susah, tetapi ia telah diurapi Tuhan sebagai raja. Hanya Tuhan yang berhak mengangkat atau menurunkannya. Daud pun memilih untuk menantikan waktu dan cara Tuhan. Ia yakin, akan tiba saatnya, Saul menerima hukuman atas kejahatannya, sesuai dengan keadilan Tuhan (ayat 10). Atas hikmat Tuhan, tindakan dan perkataan Daud membuat Saul mengakui di depan tentaranya bahwa ia telah berlaku bodoh dan sesat (ayat 21).

Cara Tuhan melampaui pikiran manusia. Itulah kali terakhir Saul mengejar-ngejar Daud. Tuhan tidak tinggal diam melihat anak-anak-Nya ditindas oleh kelaliman orang-orang yang tidak takut Tuhan. Dia punya cara yang lebih baik untuk menolong kita. Pertanyaannya, apakah kita mau percaya dan taat mengikuti cara dan waktu Tuhan? Datanglah pada Tuhan, mohon hikmat-Nya, agar kita tidak terjerat dalam hikmat manusia. Selamat taat!

TUHAN PUNYAI CARA DAN WAKTU SENDIRI UNTUK MENOLONG KITA BERSABARLAH!

Written by Eddy Nugroho

GENERATION OF INVINCIBLE GLORY (GIVING) bagian-2

Generation of InVINcible Glory (GIVING)
(Generasi dengan Kemuliaan Yang Tak Terkalahkan) 


  •  Kalau begitu tidak tegas donk ?
Spirit Pelayanan ini adalah bagaimana mengaktualisasi Pelayanan Yesus yaitu Kasih dan Pengorbanan. Umat Kristen dan Islam banyak yang berdebat tentang siapa yang akan dikorbankan oleh Abraham, Ishak atau Ismail? Daripada kita menjawab nama, lebih baik kita ingatkan si penanya bahwa keduanya tidak jadi dikorbankan :)

  • Bukankah kita harus berani bersaksi?
Konteksnya bukanlah keberanian bersaksi melainkan Spirit untuk bekerjasama! Kalau saya menjawab Baptisan yang saya yakini maka saya akan gagal untuk bekerjasama. Bukan saja tidak bisa bekerjasama, bahkan timbul lagi ketegangan-ketegangan baru seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Ingat, spiritnya adalah fasilitator dan perekat berbagai denominasi.

  • Bagaimana kalau ada anggota GIVING yang mendesak untuk perihal pengajaran tertentu yang sifatnya sensitif ?
Jikalau tiba pada kondisi tsb, maka hamba Tuhan di Ministry ini akan memberi pengajaran sesuai dengan Dogma pengajaran yang diyakininya. Namun wajib memberitahu bahwa jawabannya adalah sebagai jawaban pribadi, bukan sebagai Giver.

  • OK, bagaimana dengan Tata Ibadah?
Kalau yang dimaksud dengan ibadah yang bertepuk tangan atau pilihan lagu yang (maaf) bukan dari buku Kidung Jemaat, saya kira semua denominasi gereja sudah melakukan hal yang sama karena ibadah yang "meriah" dengan pilihan lagu tertentu sudah bukan milik denominasi tertentu lagi... Gereja suku, Mainstream, Lutheran, Anglikan dan lainnya toh tidak memandang itu sebagai "sesuatu yang membedakan".  Kita sudah sama-sama meyakini bahwa model ibadah seperti itu adalah Alkitabiah. Perlu diingat, banyak kali dalam berbagai kesempatan seperti KKR kami justru menaikkan pujian dari Buku Ende dan Kidung Jemaat.

  • Bagaimana kalau dalam Ibadah tersebut ada yang berbahasa Roh?
Tidak masalah. Tidak ada yang bisa "menghalangi" kuasa Roh Kudus. Silahkan saja! Namun kami tetap menekankan bahwa mengatakan 5 kata dalam bahasa yang bisa sama-sama dimengerti jauh lebih baik daripada berbahasa Roh tanpa ada yang menerjemahkannya. Dalam berbagai kesempatan dalam ibadah KKR kami berusaha menahan diri untuk tidak berbahasa Roh demi tujuan bersama, Injil tersampaikan!
Di Ministry ini Anda diajar untuk menghargai perbedaan (denominasi), titik berat kami adalah Kerjasama yang tentunya muncul setelah menyadari adanya persamaan-persamaan diantara denominasi tsb. Bukankah kesamaan yang membuat kita bisa maju untuk sama- sama bekerja?

  • Apakah Ministry ini kelak akan menjadi Gereja?
Tidak! Namun, Semua kami serahkan pada Tuhan Yesus saja. Saya tidak mampu membatasi Tuhan. Logika saya mengatakan bagaimana bisa menjadi gereja, bukankah Program-Program dan Pengajaran yang kami berikan justeru memperlengkapi mereka untuk bisa melayani di gereja mereka masing-masing? GIVING adalah Training Center, pelajaran yang mereka dapat akan bermanfaat di masyarakat, Marketplace, dan gereja.

  • Supaya lebih jelas dan gamblang, seperti apa sih GIVING Ministry itu?
Untuk mudahnya saya sering menjelaskannya dengan gambaran mental, dimana GIVING ini ibarat perusahaan yang dikelola secara profesional oleh para hamba Tuhan (gembala, penginjil, pengajar, rasul, nabi) yang dimulai dengan saya pribadi sebagai pelopor yang berlatarbelakang wirausaha.
Kelak GIVING ini akan memiliki perusahaan-perusahaan percetakan, Media, Radio, EO, Film dokumenter, Universitas, Sekolah Doa dan Pengembangan Diri, Pusat Pelatihan Leadership, dlsb. Saya katakan kepada rekan-rekan pengurus GIVING: bayangkan saja kita ada di dalam satu gedung yang sama dengan ruangan yang banyak, yang setiap harinya disibukkan dengan doa dan pekerjaan ( Labora et Ora).  Gedung besar itu adalah The House of GIVING !
  ....bersambung bagian-3
By : Nelson M Panjaitan
Ketua Dewan Pembina YGI

GENERATION OF INVINCIBLE GLORY (GIVING) bagian-1

Generation of InVINcible Glory (GIVING)
(Generasi dengan Kemuliaan Yang Tak Terkalahkan)

Pada tulisan saya sebelumnya mengenai Giving Ministry, saya katakan bahwa Kemenangan selalu dimulai dengan Pengorbanan (SACRIFICE). Sejarah sudah membuktikan perkataan Tuhan Yesus: kalau mau menjadi yang terbesar haruslah belajar melayani, orang yang rendah hati akan ditinggikan, orang yang " mengambil tempat duduk di belakang" tidak akan mendapat malu. Bahkan dalam beberapa kali kesempatan setelah melakukan berbagai macam mukjizat kesembuhan, Yesus mengingatkan orang yang disembuhkan tersebut untuk tidak memberitahukan perihal kesembuhan itu. Yesus tidak terpikir sedikitpun untuk meraih "popularitas" dalam kesempatan itu. Bahkan ketika DIA hendak digadang-gadangi untuk menjadi raja pun, DIA tolak.

Nilai-nilai Pelayanan ini dilanjutkan oleh murid-muridNya yg menjadi Rasul di kemudian hari. Rasul Petrus, Paulus, Yohanes, dll juga mengajarkan untuk mendahulukan kepentingan orang banyak dan saling mendahului dalam memberi hormat.

Nah, menurut Anda...apa yang terjadi dengan tipikal generasi dimana kita hidup sekarang ini? Bukankah orang-orang berlomba untuk mencari popularitas, nama baik, kekayaan, dan kehebatan dalam berbagai level kehidupan? Kebetulan saya diperkenankan Tuhan untuk bertemu, bergaul, dan minimal berbincang-bincang dengan beberapa orang "terhormat" di negeri ini. Mungkin Anda juga tahu berapa banyak orang yang tergila-gila mengejar kursi untuk menjadi wakil rakyat di DPR, DPRD bahkan untuk posisi-posisi penting di eksekutif (pemerintahan).

Apa pula yang terjadi dengan tipikal Pelayanan di generasi saat ini? Tak sedikit yang agaknya mirip dengan apa yang yang saya tuliskan diatas. Sudah pemandangan yang umum bahwa gereja beraliran berbeda menjadi sulit bekerjasama, padahal tujuannya adalah sama. Perbedaan denominasi menjadi penghalang dalam merebut dan memenangkan jiwa, bukan metode lain dalam melakukan Amanat Agung.

Menyadari fakta tersebut diatas, GIVING terpanggil untuk menjadi Fasilitator yang kiranya mampu merekatkankan persaudaraan sesama Pengikut Kristus dengan cara menitikberatkan Aksi Nyata (Program) daripada hal-hal Dogmatis. GIVING menyadari fungsinya sebagai organ pelayanan yang terpanggil untuk fokus mewujudnyatakan pengajaran yang sesungguhnya sudah diterima masing-masing anggota di gereja masing-masing. Tentu saja GIVING juga melihat bahwa banyak umat yang masih belum mendapatkan asupan pengajaran yang Alkitabiah, sehingga Pengajaran juga menjadi bagian dari pelayanan GIVING, namun tetap membatasi hal-hal yang sifatnya tidak menyudutkan salah satu denominasi. Fokus utama adalah Aksi Nyata lewat Program-Program daripada Pengajaran Dogmatis.

Lebih lanjut mengenai apa dan bagaimana GIVING Ministry, berikut beberapa wawancara dan pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya 3 tahun belakangan ini :

  • Kemana arahnya Pelayanan ini?
Pelayanan ini akan menjadi fasilitator dan sahabat semua kalangan baik Gereja, Ministry, dan organisasi pelayanan lainnya. Giving akan menjadi Training Center Spiritual yang akan memperlengkapi anak-anak Tuhan untuk menjadi berkat di tempat kerja (Marketplace), di masyarakat, di rumah, dan ditempat manapun mereka Tuhan utus.

  • Caranya?
Mempersiapkan materi-materi yang membuat mereka merasa berharga dan percaya diri serta unggul dalam pergaulan komunitas yang sebut diatas. Beberapa Program yang menunjang hal tsb adalah
  1. Seminar Pengembangan Diri, 
  2. Workshop, 
  3. Kewirausahaan (Entrepeneurship), 
  4. Kelompok Usaha Bersama (KUB), 
  5. Kerjasama Bisnis, 
  6. Pelatihan Kecerdasan, 
  7. bahkan KKR.

  • Jadi, bukan melulu hal-hal kerohanian?
Kita bukan gereja, kita hormati panggilan gereja untuk memberi Pengajarannya. Kita mau bantu gereja lewat Program-Program yang membuat umat semakin mengerti arti pengajaran yang mereka dapatkan di gereja mereka masing-masing.

  • Bagaimana kalau di antara anggota ada yang butuh pengajaran atau paling tidak mempertanyakan hal Dogmatis?
Kita akan memberi pengajaran tsb, kita juga memiliki Program Pemuridan bahkan kita mengajak anggota mahasiswa untuk menerobos kampus-kampus agar mahasiswanya dimuridkan. Kalau menyangkut hal Dogmatis, yang sensitif seperti Baptisan maka kami akan serahkan untuk ditanyakan kepada gereja mereka masing-masing.
 ....bersambung bagian-2
By : Nelson M Panjaitan
Ketua Dewan Pembina YGI

FAITH IS ASSURANCE

Ada yg menangis menjerit2 dalam doa, dan itu sah...tetapi haruslah ada iman di dalamnya, atau kalau tidak maka itu hanya emosional. Emosi tidak akan mengubah situasi, itu mgkn hanya mempengaruhi suasana jiwa.

Saat aku berseru-seru kepada Tuhan dengan berbagai gaya dan kata-kata, ada 1 hal yg tertancap dalam di hatiku : aku ini sedang mencari pertolongan dari Tuhan, dan tidak mungkin aku ga mendapat pertolonganku!

Itu iman, kawan-kawan!

Kadang aku merasa semuanya baik-baik saja sehingga bingung pertolongan apa yg akan kuserukan? Tapi 1 hal tertancap dalam di hatiku : aku sedang menyerahkan masa depanku kepada Tuhan, dan aku akan mendapat pertolongan "in time of need"!

Itu iman, kawan-kawan!

Iman adalah jaminan, assurance, confidence yg kita miliki. Orang-orang tdk cukup hanya histeris di dlm doa, tp harus ada assurance dalam dirinya seperti yg ada dalam diriku kusebutkan di atas!

Darimana assurance itu muncul? Iman timbul dari pendengaran akan Firman Allah!

Misalnya, Anda membaca tentang raja Yosafat. Dia mendengar kabar buruk bahwa sebuah serangan multinasional sedang dirancang dan dimulai terhadap dia! Andapun mungkin mendengar berita yang tidak baik sebagai serangan dari musuh! Yosafat merasa dirinya tidak sepadan dengan apa yang harus dia hadapi. Andapun sering lebih kecil dibandingkan dengan apa yang seharusnya Anda selesaikan! Lalu muncullah nyanyian best seller "beban berat yang harus kupikul", dan airmata menyertainya habis-habisan! (Seharusnya iman menyertainya habis-habisan).

Tapi Yosafat mencari pertolongan dari Tuhan! Terhadap serangan yg besar itu, Yosafat mencari perlindungan kepada Tuhan! Dalam doa, aku merasa diriku sedang tanpa malu ingin bersembunyi di dalam Tuhan. Aku merasa seperti seorang yg datang meminta untuk dilindungi. "Kota bentengku, Engkau! Engkau telah kubuat sebagai tempat perlindunganku!"

Aku tdk merasa kuat dan tegar dan tabah, aku merasa lebih baik aku masuk ke dalam, bersembunyi dan berlindung di dalam Kristus. "Di luar Aku, engkau tidak dapat berbuat apa-apa". Dalam doa itu, gambarannya sangat jelas bahwa aku sedang bergerak dan meminta untuk dilindungi. Dan 1 hal tertancap dalam di hatiku mengenai itu : kalau aku datang kepada Tuhan seperti itu, Dia tidak akan sekali-kali menolakku!

Yosafat sesungguhnya mencari pertolongan dari Tuhan. Kata-kata doanya banyak, tp sebenarnya intinya hanya satu : kami tidak berdaya, TOLONG!!! Dan kita tahu bahwa Yosafat mendapatkan pertolongan yg dia cari.

Ada banyak kisah serupa di Alkitab dan itu ditulis untuk kita. Dengan membaca kisah2 seperti itu, iman timbul di hati kita. Assurance itu muncul DI DALAM HATI kita. Aku merasa itu ada di hati yg paling dalam! Itu memberi damai yg melampaui segala pengertian. Dan Allah menelaah sampai ke kedalaman itu. Di kedalaman itu yg ada hanya kemurnian, jadi Allah menemukan iman yg murni, yaitu iman seseorang BAHWA : Allah adalah perlindungannya, Allah adalah pertolongannya, dia akan mendapatkan pertolongan "in time of need"!

"Jadilah sesuai dengan imanmu" merupakan respon yg lumrah dari Allah seperti yg sering ditunjukkan oleh Yesus!

Tapi kembali, assurance itu tidak dibuat-buat. Itu adalah iman. Anda perlu bergaul dengan Allah dan FirmanNya spy assurance itu tertancap dalam di hatimu. Kenneth E. Hagin pernah bilang,"Lebih baik saya membaca 10 pasal Firman Tuhan lalu menaikkan 1 doa, daripada menaikkan 10 doa tanpa Firman Tuhan!"

Itu betul. Tanpa Firman (berarti tanpa iman), doa Anda sebenarnya seperti tembakan sporadis dan membabi buta tanpa kepastian. Bukan itu yg akan menyembuhkan penyakitmu, bukan itu yg akan membuat kemandulan istrimu disembuhkan, bukan itu yg akan membuat kesejahteraanmu naik dan naik terus. Iman membuat doa, yg dinaikkan dengan berbagai cara dan gaya, memiliki kepastian.

Julfrinson

ANDALKAN YESUS!

Raja Salomo dan kasus bayi
Matius 8:23-27
Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus membentak angin dan danau itu, sehingga danau itu menjadi teduh sekali (Matius 8:26)

Anak saya, Sam, tidak dapat memejamkan matanya. Suara tikus yang berlari di langit-langit kamar membuatnya takut. Saya mengingatkannya tentang cerita Yesus meredakan angin ribut. Segera setelah itu Sam berteriak sambil mengangkat tangannya, “Yesus tolong. Tikus pergi!” Sam memandang saya, sambil tersenyum ia berkata, “Ma, Yesus pintar. Tikusnya pergi!” Hanya dengan mengingat satu cerita itu, Sam yakin bahwa Yesus juga berkuasa mengatasi tikus-tikus yang mengganggunya.

Banyak orang menuntut bukti untuk dapat memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau jujur, melimpahnya bukti tidak menjadi jaminan bahwa seseorang akan lebih percaya kepada Tuhan. Ini masalah hati. Murid-murid Yesus, misalnya. Mereka bukan hanya mendengar satu cerita, tetapi menyaksikan langsung berbagai mukjizat yang dilakukan Yesus (lihat ayat 1-17). Toh, begitu angin ribut mengamuk dan gelombang menerpa, mereka dilanda ketakutan yang sangat. Ketika mereka datang minta tolong, Yesus menegur mereka (ayat 25-26). Yesus tahu bahwa hati murid-murid lebih dikuasai ketakutan daripada keyakinan akan kuasa-Nya.

Alam semesta dan Alkitab dipenuhi berbagai kesaksian akan keajaiban karya Tuhan. Demikian pula kehidupan orang-orang percaya, termasuk Anda tentunya. Seberapa banyak kita menyimaknya? Tuhan tidak berubah. Dia memegang kendali atas kehidupan, dulu, sekarang, dan selamanya. Masalah apa yang membuat Anda terombang-ambing dalam ketakutan hari ini? Ingatlah siapa Tuhan dan serahkanlah masalah Anda kepada-Nya. Anda dapat mengandalkan-Nya

KUASA YESUS TIDAK PERLU DIRAGUKAN
APAKAH ANDA MEMERCAYAI-NYA

Written by Silvia Wiguno Setiawan 

IMAN SEPERTI APA?

Yakobus 5:13-18
Doa orang yang benar sangat besar kuasanya dan ada hasilnya (Yakobus 5:16)

Saya pernah menerima SMS doa yang sangat mengesankan. Namun, di bawahnya ada catatan. SMS itu harus diteruskan kepada sedikitnya 12 orang barulah berkat Tuhan akan tercurah. Jika tidak, celakalah yang akan dituai. Menyebarnya SMS itu menunjukkan banyak orang meyakini isinya. Apa gerangan yang “diimani” para pengirim SMS ini? Tuhan akan mengabulkan doa dengan sogokan 12 SMS?

Roy Jeremia saat melayani Retreat Giving utk mahasiswa LP3M
Doa memang harus didasari iman. Namun, iman seperti apa? Yakobus memberi contoh iman yang ditunjukkan Elia (ayat 17-18). Elia tahu ia berdoa kepada Tuhan Pencipta semesta yang berkuasa menahan dan menurunkan hujan. Elia juga yakin Tuhan berkenan akan doanya, karena apa yang ia minta akan menyatakan kebenaran Tuhan pada orang-orang di zamannya (lihat 1 Raja-raja 16-17). Pengenalan yang benar akan Tuhan membuat kita peka mana yang berkenan dan tidak berkenan bagi-Nya sehingga kita dapat berdoa dengan penuh keyakinan. Dalam pengenalan akan Tuhan yang kudus, Yakobus juga mengingatkan kita untuk saling mengaku dosa (ayat 16). Anugerah Tuhan saja yang memungkinkan kita yang tak layak menjadi orang-orang yang “benar” di hadapan-Nya.

Mari memeriksa diri hari ini. Keyakinan seperti apa yang mendasari doa-doa kita? Tuhan bukanlah mesin untuk mencurahkan berkat atau membuat orang kualat, sesuai usaha dan kemauan kita. Makin kita mengenal-Nya, makin kita dapat berdoa dengan yakin dalam situasi apa pun. Elia telah membuktikan-Nya. Yakobus mengaminkannya. Doa orang yang benar, jika dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Biarlah kita mengalaminya juga

KEYAKINAN KITA BERTAMBAH BESAR
KETIKA KITA MENGENAL TUHAN DENGAN BENAR

Written by Yusak C. Khristianto 

Jumat, 27 Januari 2012

KASIH KARUNIA ADALAH MEMPERHIDUPKAN KRISTUS

Galatia 2:20-21  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.  Aku tidak menolak kasih karunia Allah.

Mahasiswa Medan yang tergabung di GM
Adalah bukan suatu kebetulan bahwa ayat 21 mengenai kasih karunia muncul setelah ayat 20. Kasih karunia di ayat 21 berhubungan dengan hidup oleh iman dalam Anak Allah di ayat 20. Hidup oleh iman dalam anak Allah adalah hidup yang memperhidupkan Kristus. Jadi, kasih karunia di ayat 21 adalah hidup yang membiarkan Kristus hidup didalam kita.

Paulus berkata bahwa dia tidak menolak atau meniadakan kasih karunia, itu artinya Paulus memperhidupkan Kristus. Kasih karunia adalah Allah Tritunggal melalui proses, rampung sempurna menjadi Roh Pemberi Hayat, tinggal didalam roh manusia untuk menjadi segala sesuatu bagi manusia. Kasih karunia adalah perkara Anak Allah yang tinggal didalam kita. Jika kita tidak memperhidupkan Kristus, itu artinya kita menolak atau meniadakan kasih karunia Allah.

Apa artinya Kristus sebagai Anak Allah tinggal didalam kita? Artinya kita tidak hidup lagi berdasarkan pengetahuan moralitas, pengajaran, konsep kita sendiri, budaya, melainkan kita hidup berdasarkan Kristus yang tinggal didalam roh kita. Jika kita menghormati orang yang lebih tua karena kita dididik demikian sejak kecil, maka itu bukanlah memperhidupkan Kristus. Itu adalah memperhidupkan etika moral manusia yang ditanam sejak kita kecil. Memperhidupkan Kristus artinya kita melakukan segala sesuatu penuh dengan kenikmatan akan Kristus. Paulus berkata bahwa Kerajaan Allah adalah perkara keadilbenaran, damai sejahtera, dan sukacita didalam Roh Kudus. Artinya, jika kita menikmati Kristus, maka kita spontan menghormati orang yang lebih tua disertai damai sejahtera dan sukacita didalam Roh Kudus.

Kasih karunia bukanlah sekedar pemberian cuma-cuma dari Allah. Kasih karunia adalah seorang Persona, yang dapat kita alami secara subyektif untuk menjadi segala sesuatu kita. Persona ini adalah Kristus yang berhuni didalam roh kita. Paulus menekankan di ayat 20, bahwa Kristus ini yang hidup didalam kita. Ini adalah Kristus yang subyektif! Haleluya! Ini adalah satu manusia baru, dimana sekumpulan manusia Allah secara korporat hidup berdasarkan Kristus yang berhuni, dan tidak lagi berdasarkan budaya, moralitas, pengetahuan.

Further reading: Life-Study Galatians, message 11 - Witness Lee
"If we would be those who do not nullify the grace of God, we need to abide in Christ (John 15:4-5). To abide in Christ is to remain in the processed Triune God. Furthermore, we need to enjoy Christ, especially by eating Him (John 6:57b). Then we should go on to be one spirit with Christ (1 Cor. 6:17), to walk in the Spirit (Gal. 5:16, 25), to deny the natural “I” (2:20), and to abandon the flesh (5:24). We should not be distracted by things such as the law, circumcision, the Sabbath, and dietary regulations. Rather, we should enjoy Christ and live with Him in one spirit. If we walk in spirit, deny the natural “I,” and abandon the flesh, we shall be those who do not nullify the grace of God.
We praise the Lord that in His recovery we are enjoying and experiencing His grace. Many Christians, however, are not in the experience of this grace. In Romans 5:2 Paul says that by faith we have access into this grace in which we stand. Let us stand fast in the grace into which we have entered." (Life-Study Galatians, message 11 - Witness Lee)

By : Rivel

TAK PERLU DIPIKIR?

Panitia Perayaan HUT GM III
Efesus 4:11-16

… sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, … sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:13,14)

Pernah lihat kaki seribu? Bayangkan kalau hewan berkaki banyak ini berjalan sambil sibuk mengamati kakinya satu demi satu, berusaha mempelajari mekanisme langkahnya. Jalannya bakal kacau. Daripada kacau, bukankah sebaiknya ia tak usah berpikir? Serupa dengan itu, banyak orang merasa iman tak perlu banyak dipikir. Makin sederhana, makin baik. Mempelajari teologi mengancam kesederhanaan iman. Bukankah kita dinasihatkan untuk menjadi seperti anak-anak (childlike)? Pemahaman
pengajaran adalah bagian para “hamba Tuhan” dan “teolog”. Jemaat “awam” cukup belajar mengenai kerohanian yang praktis.

Kontras dengan itu, Alkitab menggambarkan bahwa pertumbuhan menuju kedewasaan yang menyeluruh (ayat 15) juga meliputi menjadi dewasa dalam “iman dan pengetahuan yang benar” akan Tuhan. Artinya, kita justru harus dengan sengaja memikirkan dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan (ayat 13, lihat juga 2 Petrus 3:18). Inilah sebenarnya arti kata teologi (teos=Tuhan+logos=pengetahuan, pemahaman). Orang dengan pemahaman yang benar akan Tuhan tidak akan mudah “diombang-ambingkan” (ayat 14). Menjadi seperti anak-anak dalam iman bukan berarti
menjadi childish atau kekanak-kanakan (1 Korintus 14:20).

Seberapa banyak aspek pertumbuhan ini kita perhatikan? Kita tak mungkin mencintai, melayani, dan menyembah Pribadi yang tak kita kenal atau yang kita kenal secara samar. Di tahun yang baru ini, mari cari dan gunakan tiap sarana pertumbuhan yang ada untuk menolong kita makin dewasa dalam pengenalan akan Tuhan
KASIHILAH TUHAN DENGAN SEGENAP AKAL BUDIMU

Written by Johan Setiawan 

RINDU YANG SEHARUSNYA

Ilustrasi Taut Perjanjian
Mazmur 84:1-13
... Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup (Mazmur 84:3)

Doug Banister dalam bukunya, Sacred Quest, bertanya: Beranikah saya berharap bahwa saya memiliki hubungan yang demikian dekatnya dengan Tuhan sehingga hati saya diisi dengan visi baru, dan keagamaan kering saya menjadi sebuah pencarian dengan hasrat yang kuat, serta penyembahan kepada Kristus yang hidup? Dapatkah saya benar- benar bertemu Kristus dengan keakraban yang membuat saya tidak lagi menelusuri tempat-tempat kecanduan saya? Dapatkah Yesus benar-benar
menyentuh kesepian hati saya? Apakah ini sesuatu yang terlalu besar untuk diharapkan?

Mazmur ini menjawab: Tidak, justru itu yang seharusnya diharapkan tiap orang percaya! Seperti kerinduan pemazmur yang menggelegak, mengisi daging, jiwa, dan hatinya untuk berada dekat dengan Tuhan (ayat 2-5). Kemungkinan besar mazmur ini dinyanyikan dalam perjalanan ziarah orang Israel ke Bait Allah di Yerusalem. Hasrat akan keintiman dengan Tuhan mendorong mereka memulai perjalanan panjang tersebut (ayat 6-7). Makin lama, makin dekat dan kuat (ayat 8). Perjumpaan dengan Tuhan jauh lebih berharga dibanding hal-hal lainnya (ayat 11).

Bukankah hidup kita di dunia juga adalah sebuah perjalanan ziarah untuk mencari dan menemukan sukacita terbesar di dalam Tuhan? Adakah perjumpaan dengan Tuhan menjadi harapan yang menggelorakan hati kita? Mari bangkit dari kedangkalan rohani menuju persekutuan yang sejati dan penuh dengan Tuhan. Bawalah tiap pembaruan yang Anda rindukan terjadi dalam hubungan pribadi dengan Tuhan di tahun yang baru ini kepada-Nya


BANYAK HAL YANG BISA MENCOBA MENGISI KEKOSONGAN HATI INI
NAMUN, APA YANG DAPAT MEMUASKANNYA SELAIN HADIR-MU, TUHAN?

Written by Johan Setiawan 

JIKA TUHAN MENGHENDAKI

Yakobus 4:13-17
Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu (Yakobus 4:15)

Hidup di dunia itu singkat. Kata pepatah Jawa, “urip mung mampir ngombe” [hidup itu hanya mampir minum]. Gambaran hidup manusia dalam Alkitab juga sama singkatnya. Seperti suatu giliran jaga malam, seperti mimpi, seperti bunga dan rumput, seperti angin dan bayangan (Mazmur 90:4-5; 103:15; 144:4). Bacaan hari ini melengkapinya. Seperti uap! Sebentar ada lalu lenyap (ayat 14).

Bagaimana harus menata hidup dalam waktu yang seperti “uap” ini? Rasul Yakobus menasihatkan agar umat percaya tak mengandalkan diri sendiri, tetapi memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan (ayat 15-16). Kita melakukan ini dan itu “jika Tuhan menghendakinya ....” Ungkapan ini jelas bukan hanya bagian dari sopan santun agar seseorang terlihat rendah hati dan rohani atau alasan menghibur diri menghadapi berbagai ketidakpastian. Namun, merupakan ekspresi ketundukan pada kedaulatan Tuhan mengakui bahwa Dialah pemegang kendali atas hidup ini. Kehendak-Nya, isi hati-Nya penting bagi kita.

Dr. Michael Griffiths, dalam buku Ambillah Aku Melayani Engkau, berkata: “Kita punya satu hidup untuk ditempuh. Mungkin sudah kita lalui seperempat, sepertiga, setengah, bahkan mungkin lebih dari itu. Apa yang sudah kita lalui itu sudah lampau, dan takkan kembali lagi. Tetapi bagaimana dengan yang masih sisa? Apakah yang akan kita lakukan dengan itu?” Hidup itu singkat; tak terduga. Mari membuat perencanaan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan pekerjaan di awal tahun ini, dengan sungguh-sungguh mengakui kedaulatan Tuhan dan menundukkan diri pada kehendak-Nya


YA TUHAN, MESKI HIDUPKU SEPERTI UAP YANG MUDAH BERLALU.
BIARLAH HADIRKU MEMBAWA AROMA HARUM DI HADAPAN-MU

Written by Elisabeth Chandra 

WAKTUNYA BELUM TIBA

Hagai 1:1-11
“Beginilah firman Tuhan semesta alam: Bangsa ini berkata: sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!” (Hagai 1:2)

Waktu anak-anak saya masih ABG (Anak Baru Gede), saya sempat jengkel dengan beberapa sikap mereka. Demi mencari identitas dan jati diri, meski usia belum cukup, mereka kerap nekat nonton film 17 tahun ke atas atau naik motor sendiri. Mereka merasa sudah cukup dewasa. Namun, saat diminta melakukan tanggung jawab tertentu, mereka kerap berdalih, “Kami belum dewasa. Belum waktunya untuk itu!” Dewasa bagi mereka identik dengan memprioritaskan hal-hal yang menjadi hasrat dan keinginan diri mereka sendiri.

Bangsa Israel pernah membuat dalih serupa. Setelah kembali dari tanah pembuangan, mereka diberi tanggung jawab mendirikan rumah Tuhan. Namun, mereka tak melakukannya. Mereka merasa belum waktunya membangun kembali kehidupan sebagai umat Tuhan jika kehidupan mereka sendiri belum mapan. Mereka memilih tinggal dulu di rumah masing-masing (ayat 4). Prioritas yang terbalik ini menghasilkan kehidupan yang tak semestinya (ayat 6). Tuhan mau mereka memperhatikan keadaan ini dan kembali kepada prioritas yang benar, agar kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui mereka (ayat 8).

Sebagai umat Tuhan, apakah prioritas hidup kita juga kerap terbalik? Apakah hari-hari kita hanya dipicu dan dipacu untuk mengejar kemapanan dan identitas dambaan sendiri? Dan, seperti pundi-pundi yang berlubang, kita tak juga merasa puas atau penuh? Tuhan mau kita pun memperhatikan keadaan ini. Dia mau kita memiliki prioritas untuk membangun “rumah persekutuan dengan Tuhan”, dan menemukan identitas kita di dalam hal-hal yang berkenan dan menyatakan kemuliaan-Nya


TEMUKAN IDENTITAS SEJATI DI DALAM TUHAN
DENGAN MENGUTAMAKAN HAL-HAL YANG TUHAN PERKENAN

Written by Okdriati S. Handoyo 

SAYAP PERLINDUNGAN

Rut 1:1-5
Tuhan kiranya membalas perbuatanmu itu dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh Tuhan, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung (Rut 2:12)

Tragedi gempa dahsyat di China pada Mei 2008 punya banyak kisah mengharukan. Salah satunya adalah kisah seorang ibu yang meninggal dalam posisi mendekap bayinya—yang berhasil bertahan hidup dan diselamatkan. Di tangan sang ibu tergenggam handphone bertuliskan sebuah pesan, “Anakku, apabila engkau selamat, ingatlah bahwa Ibu selalu mencintaimu.”  

Kitab Rut berkisah tentang riwayat Naomi, perempuan yang mencari perlindungan di tengah terpaan badai kehidupan. Bersama suami dan kedua anaknya, ia mengungsi ke tanah Moab demi mencari perlindungan dari bencana kelaparan. Akan tetapi, bukan perlindungan yang ia dapat, melainkan kesusahan dan kepahitan yang mendalam. Satu demi satu, suami dan dua anaknya meninggal. Jadilah ia sosok perempuan lemah yang rawan bahaya: berstatus janda, orang asing, dan tanpa keturunan. Tanpa masa depan. Hari tuanya suram. Ke mana lagi ia mencari perlindungan? Kisah selanjutnya memperlihatkan bagaimana perlindungan Tuhan berlaku atasnya. Perlindungan yang menaungi layaknya kepak sayap induk burung yang “mendekap” anak-anaknya. Melalui Rut—menantu setia yang Tuhan berikan, yang akhirnya dinikahi Boas—Naomi menimang cucu laki-laki. Siapa sangka?

Krisis dan kesukaran hidup memang bisa menempatkan kita dalam posisi rawan bahaya. Kita merasa kehilangan satu demi satu apa yang kita anggap bisa menjamin masa kini dan masa depan kita. Namun, sebenarnya Tuhanlah Pelindung sejati kita. Meski yang lain pergi, Tuhan tetap setia menjaga. Meski bahaya mengancam, dalam dekapan kasih-Nya kita tetap terlindung. Yakinlah!


DEKAPAN TANGAN TUHAN ADALAH
TEMPAT PERLINDUNGAN YANG PALING AMAN

Written by Pipi Agus Dhali

Kamis, 26 Januari 2012

PILIH MANA ?

Daniel 6:1-29 ".....Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya..."

Menjadi seorang kristiani yang hidupnya serba cukup, karir sukses, taat firman, jadi berkat bagi banyak orang, memuliakan Tuhan sepanjang hidup; siapa yang tak mau? Namun, bagaimana kalau demi ketaatan pada Tuhan dan kesaksian hidup yang memuliakan-Nya, kita mungkin dimusuhi orang, kehilangan pekerjaan, hidup serba susah, bahkan nyawa terancam? Akankah Anda tetap bertahan dengan iman Anda?

Daniel pernah diperhadapkan pada situasi yang demikian. Kecakapan dan reputasinya mengusik sejumlah pejabat istana raja (ayat 2-5). Sebab itu, mereka mengatur strategi licik untuk menjebak dan mematikan Daniel di mulut singa-singa ganas. Raja Darius yang kurang waspada dan terpesona oleh retorika para pejabat yang menjilat (ayat 8) masuk dalam perangkap dengan mengesahkan undang-undang hukuman mati bagi siapa saja yang dalam waktu sebulan menyembah apa pun selain dirinya. Apa yang akan kita lakukan jika menjadi Daniel? Berhenti berdoa selama sebulan demi menyelamatkan karir dan nyawa terdengar sebagai pilihan yang masuk akal, bukan? Namun, ia adalah orang yang tak dapat ditawar dalam hal ibadah kepada Tuhan. Ia tetap berdoa dan memuji Tuhan sebagaimana biasanya (ayat 11). Takkan pernah ia menggantikan arah hatinya kepada sesuatu selain Tuhan.

Kepada siapa hati kita terarah? Kepada Tuhan seperti yang dicontohkan Daniel? Atau kepada diri sendiri, karir, kenyamanan hidup, reputasi, penghargaan orang? Bisa jadi pilihan untuk tetap konsisten menaati Tuhan tampak merugikan, tetapi di situlah akan nyata siapa yang mendapat tempat terutama di hati kita .


PILIHAN-PILIHAN KITA ADALAH CERMIN NYATA
SEBERAPA PENTING TUHAN BAGI KITA

by: Daniel K. Listijabudi
http://www.renunganharian.net/

SIAPAKAH MUSUH KITA?

Drama singkat oleh Giving Mahasiswa (Parano, Nuel, Lohot)
Efesus 6:12 Sebab kita bergumul bukan melawan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah, melawan kuasa-kuasa, melawan penguasa-penguasa kegelapan dari dunia ini, melawan roh-roh jahat di tempat-tempat surgawi.

Setiap kali kita menghadapi orang-orang, lebih-lebih yang jahat atau peristiwa-peristiwa yang dahsyat kita menghadapi yang tampak dan yang tidak tampak, selalu kedua ini saling berinteraksi. Kalau kita menghadapi seorang yang hendak menipu atau mengganggu kita, kita melihat orang itu tetapi dalam dari yang tidak kelihatan ada iblis yang juga ambil bagian dalam kasus itu.

Iblis selalu ambil bagian andil dalam perbuatan-perbuatan jahat bersama-sama dengan orang atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebab itu kita harus menghadapi keduanya yang tampak dan yang tidak tampak. Terhadap iblis kita harus berperang melawanya, tetapi terhadap manusia, jangan berperang dengan manusia, jangan berdosa, tetapi hadapi sesuai dengan pimpinan Roh Kudus. Terhadap iblis kita harus berperang sungguh-sungguh. Kalau iblis dikalahkan maka orang itu juga akan lebih lemah dalam niat jahatnya, sebab orang jahat dan iblis itu saling menguatkan. Misalnya dua orang rencana untuk berbuat jahat, mungkin merampok atau membunuh, kalau satu sudah ditangkap Polisi, maka satunya akan menjadi lemah, apalagi kalau yang ditangkap itu otaknya. Begitu kalau kita mengalahkan iblis yang tidak tampak dan mengusirnya maka orang itu akan menjadi lebih lemah karena sendirian, tidak lagi dapat dukungan dari iblis. Ini prinsip penting dalam menghadapi orang-orang dan peristiwa. Misalnya Ayub mengalami perampokan, anak buahnya dibunuh dan hartanya (binatang-binatangnya) dirampas, juga rumah anak-anaknya roboh sebab ada angin ribut dan anak-anaknya mati. Di belakang semua itu ada iblis yang dapat izin Tuhan untuk mengganggu Ayub, jadi selalu ada yang tampak dan iblis yang selalu ambil bagian dalam semua perbuatan jahat, tetapi ia tidak tampak. Ayub menang dalam pencobaan, iblis dikalahkan, ia tidak berdosa, juga menghadapi teman-temannya yang ditipu oleh iblis, maka akhirnya semua problemnya selesai dengan kemenangan yang besar dan berkat Tuhan dicurahkan dengan limpah.
Jadi dalam semua perkara dan malapetaka yang tampak, selalu ada iblis juga mengambil bagian di belakang semua jubah itu, meskipun tidak tampak sebab itu kita harus terus berperang dengan iblis musuh kita itu.

Rabu, 25 Januari 2012

MENGAPA KITA BERPERANG MELAWAN IBLIS?

Dari Kiri ke Kanan : Chris Hasugian (Sekretaris), Pardi Siagian ( koord. Kerohanian ), Jhon H T. Samosir ( Ketua ), Nelson M. Panjaitan (Pembina), Roy J. Siahaan (Pengawas)
I. Menyerang dan bukan bertahan!
  • Yak 4:7-8. Jangan bertahan, tetapi berperang melawan iblis, maka dengan Allah di pihak kita, kita akan menang dan dia akan lari dan kalah. Jangan hanya bertahan dari si iblis tetapi terus menyerang dan selalu mengalahkannya.
  • Kalau kita hanya bertahan, iblis akan terus menerus menyerang Zak 3:1 (menuduh=melawan).
  • Iblis itu seperti singa terus mencari jalan dan kesempatan untuk memerangi kita sampai ia bisa melahap orang beriman.
  • 1Petrus 5:8-9 Pikirkanlah baik-baik, dan berjaga-jagalah, sebab iblis seterumu itu seperti singa yang mengaum-aum, berjalan keliling, mencari siapa yang dapat dilahapnya. Lawanlah dia, dengan iman yang teguh, sebab mengetahui bahwa semua saudara-saudaramu di seluruh dunia mengalami sengsara yang sama. Sebab itu kita harus melawan iblis, bukan bertahan, terus menyerang dan mengalahkannya, rebut jiwa-jiwa dari tangannya.
  • Iblis tidak pernah berhenti berperang melawan umat Tuhan. Kalau dia kalah, dia pergi untuk sementara, lalu kembali lagi mencari waktu dan kesempatan yang baik untuk menyerang lagi. Lukas 4:13 Ketika setan telah mengakhiri semua percobaan itu, ia meninggalkan Dia untuk seketika lamanya.Ingat iblis tidak pernah bertahan, dan tidak pernah berhenti menyerang dan memerangi kita sekalipun ia sudah kalah dan sudah diusir keluar, ia hanya pergi untuk sesaat lalu kembali lagi untuk menyerang! 
  • Kalau iblis tidak menyerang, hanya bertahan, dunia akan jauh lebih tenang dan lebih bahagia. Tetapi iblis tidak pernah hanya bertahan, ia terus menerus menyerang, memakai setiap kesempatan dan mencari, membuat kesempatan untuk menyerang umat Tuhan! Sebab itu kita harus mencari jalan, mencari kesempatan untuk menyerang, mengalahkan dan menjarahi si iblis, jangan sampai terjadi sebaliknya. Jangan sampai dikalahkan dalam kesucian, karunia-karunia, talenta dan kekayaan ilahi kita dijarah, tetapi hal-hal sebaliknya yang harus kita lakukan kepadanya, yaitu terus menerus mengalahkannya dan menyerangnya, jangan bertahan!

II. Kita ini prajurit-prajurit Allah!


1Korintus 16:13 Berjagalah kamu, berdirilah teguh di dalam iman,
lakukanlah dirimu seperti laki-laki, jadilah kuat.

Secara rohani kita ini harus menjadi laki-laki yaitu bisa dan berani berperang terus melawan iblis. Jangan menjadi perempuan yang tidak berani perang, bahkan bertahanpun tidak bisa. Menghadapi manusia jangan bersikap sebagai tentara Allah, jangan berperang melawan manusia, tetapi berani dan berperang terus melawan iblis, sebab kita ini tentara Allah.
Kita ini sudah dididik dengan Firman Tuhan, diberi Roh Kudus yang punya segala senjata ilahi, sudah dilengkapi dengan kuasa doa dan karunia-karunia tetapi hanya sedikit yang maju berperang, bahkan sebagian  hanya bertahan, sebagian tidak berbuat apa-apa. Mengapa? Sebab strategi yang dianut adalah bertahan bukan menyerang.
Juga kesalahan prinsip. Kita harus terus maju berperang dan terus menyerang, memakai setiap kesempatan untuk menyerang iblis dan merebut jarahan jiwa-jiwa yang dikuasai iblis.

Beberapa alasan mengapa tidak pergi perang melawan iblis?
  • a). Sebab bodoh, tidak mengerti,
  • b). Sebab hidup dalam dosa, sehingga tidak di pihak Allah dan ketakutan, dan
  • c). Sebab tidak percaya pada kuasa Allah.
Jangan diam atau bertahan saja, tetapi maju dan pergi berperang dengan segala perlengkapan dan segala hikmat dan kuasa ilahi.

III. Rebut jiwa-jiwa bagi Tuhan!

Mat 28:19, Mrk 16:15. Pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia Kis 1:8 khususnya di kota kita. Ini bukan saja sekedar memberitakan Injil, tetapi sesungguhnya ini perang melawan iblis, merebut dan menjarah jiwa-jiwa dari tangan iblis. Iblis tidak akan menyerahkan begitu saja, tetapi dengan sehabis-habis kekuatan dan siasatnya, ia akan mempertahankan dengan gigih segala yang sudah jadi miliknya.
Lukas 11:20-21 Tetapi jika Aku mengusir setan-setandengan jari-jari Allah,
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang ke atasmu.

Iblis itu orang kuat yang menjaga miliknya, yaitu orang lama. Kita harus memerangi iblis sampai kalah dan lari dan kemudian merebut jiwa-jiwa dari tangannya dan dengan kuasa Firman dan Roh Kudus berubah menjadi orang baru. Hanya dengan Kristus, orang yang lebih kuat, kita bisa mengalahkannya.

Br// Nelson Panjaitan


Selasa, 24 Januari 2012

3rd Anniversary of GIVING Ministry

Keluarga Besar Yayasan Giving Indonesia
Pengurus Yayasan Giving Indonesia (Kiri-kanan : Jhon H.T. Samosir, Reniwaty Siantury, Paolina I.B, Chris D.G.Hasugian, Roy J.Siahaan, Pardi Siagian, Nelson M. Panjaitan, Eva C. Siburian)
Apa itu Giving Ministry ?

Tuhan kita adalah Tuhan yg kreatif, tak terbatas, dan penuh kejutan.
Di ruangan ini masing-masing kita punya kekhususan tersendiri, baik dlm CARA kita mengenal dan melayani Tuhan, maupun dlm CARA Tuhan memanggil dan memberi tugas pengutusan bagi kita.
Itulah sebabnya ada berbagai macam Organ dalam tubuh Kristus yg unik dan khas dalam melakukan fungsinya masing-masing yang semuanya dipimpin oleh Kristus ( 1 Korintus 12:1-31).
Gereja-geraja, Yayasan-yayasan kerohanian, dan Ministry-ministry lahir untuk "mempercepat" kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Yayasan Giving Indonesia (YGI) dan GIVING Ministry ( GM ) lahir di tengah-tengah kehidupan dimana Mamon semakin hari semakin menancapkan kukunya di semua sektor kehidupan, bukan lagi di halaman dan luar pagar kita tapi sudah mulai menembus ruang-ruang yang lebih dalam bahkan sampai ke ruang Kudus.


Mari kita lihat apa-apa saja yg terjadi di "halaman", yang sudah menjadi isu-isu global:

a. Global Warming yg diakibatkan oleh Ozon yang semakin lama semakin menipis karena meningkatnya frekuensi penebangan liar (baik hutan maupun area-area lain) maupun efek rumah kaca dan industri-industri yang dibangun menyalahi aturan-aturan yang sudah disepakati.
b. Krisis Moneter membuat tingkat pengangguran dan daya beli semakin turun, inflasi tinggi dan devaluasi mau tidak mau harus dilakukan.
c. Alam dan segala mahluk yang ada di dalamnya sudah mulai tak bersahabat kembali.
d. Dll ( msh bnyk isu2 lainnya yg (krn wkt) tdk bisa dipaparkan disini)

Secara garis besar saya melihat bahwa akar dari semua masalah kehidupan ini adalah
KESERAKAHAN manusia.
Semakin bertambah tahun, Egoisme semakin merajalela dalam semua sektor kehidupan kita: 

  1. - Sikap hidup yang penuh konsumerisme. (Mencukupkan diri dengan apa yang ada, menjadi sikap hidup yang sulit di zaman ini)
  2. -Penawaran yang instant dan nikmat seketika menjadi kesukaan favorit. (Pengendalian diri menjadi Pengajaran yang kurang menarik bagi mayoritas orang)
  3. - Perlombaan menjadi yang terhebat, terkaya dan terpopuler. ( Perlombaan Iman menjadi perlombaan yang paling dilupakan di zaman ini)

Dari ke-3 hal tersebut diatas, hal tersebut mengerucut kepada Giving, Pola hidup utama yang Tuhan inginkan. Saya sering mengatakan ini sebagai alat pendeteksi (detektor) kekudusan.
Ketika kita berbicara mengenai Kekudusan, maka kita sedang membahas "pengorbanan", satu hal yg sangat amat sulit di zaman ini!
Ketahuilah, Pengudusan selalu dipenuhi aktivitas "kurban" : kurban bakaran / kurban sembelihan / kurban sajian / kurban keselamatan / kurban penghapus dosa.
Semua kurban ini memuncak pada pengorbanan Yesus di kayu salib...Dia MEMBERI diri-Nya sebagai kurban, "HE GIVES HIS LIFE AS A SACRIFICE, sehingga setiap kita yg berdosa diselamatkan oleh pengorbananNya.

Giving is a SACRIFICE
, Sacrifice is GIVING !
Pengorbanan adalah Giving ! Tidak ada aktivitas "kurban" tanpa Giving (memberi). Pengorbanan Yesus membawa kemenangan dan jaminan keselamatan bagi setiap orang percaya! Tuhan sedang mengatakan: jikalau engkau ingin memenangi " perlombaan dalam kehidupan" ini, tidak ada jalan yg lebih baik dan efektif serta efisien selain "Memberi" ...Giving!

Itulah Spirit dari lahirnya Pelayanan Giving Ministry ini!

Fokus kita adalah MEMBERI, bukan Mengambil dan Mengumpulkan!
Keuntungan ( laba) didapat setelah MEMBERI (menabur)....

Di pelayanan ini, kita semua memiliki pengertian yg sama : Kemenangan selalu dimulai dengan pengorbanan, Masa Panen tiba karena adanya Masa Menabur, Impian untuk "menjadi yg Terbesar" dimulai dari sikap hamba yg mendahulukan kepentingan orang lain, Rendah hati membawa kita ke tempat yang tinggi, membiarkan orang lain lebih dulu menang mengangkat kita menjadi Pemenang Sejati !

Mari Givers, Kehidupan kita adalah Petualangan dalam
MEMBERI...bukan mengumpulkan hormat, menimbun harta, dan meningkatkan Popularitas !!

Kita Murnikan pelayanan kita, apapun keunikan/ kekhasan yg Tuhan beri bagi kita.

Kita mau tunjukkan bhw perbedaan talenta / potensi misteri menjadi "ragam warna" yg akan memperindah pelayanan ini.
Kita mau saksikan pada dunia, sekalipun "Dogma/pengajaran/pengetahuan/
karunia" kita berbeda-beda, kita bisa bekerjasama secara harmonis di ladang penginjilan.
  • kita akan tetap melayani sepenuhnya..sekalipun ada PK atau tdk !
  • kita akan tetap menabur dan menabur..sekalipun dlm masa kekeringan!
  • kita akan tetap sehati Sepikir ...sekalipun mungkin kita tidak tahu makan apa!

Percayalah! ...the Day will come! Harinya akan tiba, TUHAN akan mendatangkan suku-suku bangsa..bahkan bangsa-bangsa..membawa Kelimpahan bagi kita semua!
Mereka akan datang melihat serta berkata : " kami mau ikut Pelayanan Giving ini, karena kami melihat TUHAN ada disini".

Haleluyah !
Br// Nelson Panjaitan
Sent from my iPad

MENUNDA

Banyak orang punya alasan yang logis untuk menunda lain kali, 4 bulan lagi. Kadang-kadang alasannya masuk akal seperti Filipi belum waktunya dituai, belum ada gandum yang matang. Keadaan negaranya masih anti dengan penginjilan, tidak ada yang mau bertobat, seolah-olah ladang belum matang, belum siap untuk dituai. Tetapi Tuhan berkata sekarang sudah matang untuk dituai. Mengapa orang-orang tidak mengerti bahwa setiap saat kita bisa menuai jiwa-jiwa bagi Tuhan? Sebab mata manusia melihat keadaan, tetapi mata Allah yang tahu lebih dahulu berkata: Sekaranglah waktunya, bukan 4 bulan lagi Yoh 4:35. Empat bulan adalah alasan-alasan akal manusiawi, padahal dengan kuasa Allah pasti bisa. Jangan beri macam-macam alasan empat bulan, itu pikiran manusiawi, bukan pikiran ilahi! Dengan Tuhan kita bisa menuai setiap waktu. Mengapa?

A. Roh Pentakosta = Roh penuaian
Kalau Roh Kudus memimpin kita untuk memberitakan Injil, pasti bisa sebab Roh Kudus adalah Roh penuaian. Dimana Roh Kudus memimpin dan bekerja, di situ akan ada penuaian. Ikuti baik-baik pimpinan Roh Kudus, maka di situ, dengan Roh Kudus akan ada penuaian.


B. Setiap saat menyerang dan menjarah setan
Di mana-mana ladang sudah putih, harus dituai Mat 10:37-38. Dalam setiap kesempatan kita harus menyerang iblis dan merebut jarahan jiwa-jiwa dari Tuhan. Pakai setiap kesempatan yang ada, kita bisa mengalahkan setan dan menjarah jiwa-jiwa buat Tuhan.C. Sekarang masih siang, menuailah sebelum malam
Selagi hari siang kita harus bekerja Yoh 9:4. Rebut jiwa-jiwa bagi Tuhan! Jangan tunggu lain kali, kesempatan itu akan berlalu dan seringkali tidak kembali sebab hari-hari umur kita akan selalu lewat, berlalu dan habis!
Begitulah waktu Tuhan menyuruh Paulus ke Makedonia, tidak tampak tanda-tanda bisa menuai jiwa-jiwa, malah Paulus dan Silas dipukuli, dipenjarakan dan dipasung. Seolah-olah semua gagal, tidak ada penuaian. Tetapi Paulus tahu kalau Tuhan menyuruh, berarti Ia tahu pasti ada penuaian dan dengan pimpinan Roh Kudus yaitu Roh penuaian pasti ada penuaian. Paulus terus menyanyi dan berdoa mengalahkan iblis, maka timbul penuaian, lalu Gereja Filipi berdiri. Setiap hari kalau kita dipimpin Roh, akan ada penuaian! Jangan lupa Roh Pentakosta adalah Roh penuaian.

Setiap hari kita bisa berperang dan merebut jiwa-jiwa bagi Tuhan, baik dalam rumah kita sendiri, dalam keluarga dari anggota-anggota Gereja, dalam persekutuan sel, dalam teman, tetangga dan dalam setiap tempat dan kesempatan!

Kamis, 19 Januari 2012

KEHENDAK ALLAH, PERANG BUKAN BERTAHAN

Kita harus berperang melawan iblis, musuh kita
bukan melawan manusia dll. Jangan berhenti berperang melawan iblis. Tuhan menghendaki kita menyerahkan diri penuh kepada Allah, dan dengan aktif melawan iblis, bukan bertahan dari serangan si iblis.

Banyak orang berkata dunia makin jahat, pencobaan makin besar, sebab itu kita harus kuat untuk bertahan menghadapi semua ini. Ini tidak cukup. Strategi Tuhan bukan demikian, tetapi kita harus aktif melawan dan menyerang iblis. Jangan berperang  melawan manusia, apalagi melawan Roh Kudus dengan sadar atau tidak.Itu membuat hidup orang itu berantakan dan celaka ( Kis 7:5)

Kalau kita melawan dan berperang dengan iblis, Tuhan berjanji, “bahwa iblis akan lari daripadamu”. Jangan ragu-ragu, jangan takut, jangan setengah hati, adalah kehendak Allah untuk memerangi iblis!

Tentu dari permulaan kita sudah harus mengerti dan harus memegang prinsip ini yaitu bahwa dengan Allah kita berperang melawan iblis.
Karena itu serahkan dirimu kepada Allah. Lawanlah Iblis, maka ia akan lari daripadamu. Dekatilah Allah, maka Ia akan mendekatimu. Bersihkanlah tanganmu, hai orang-orang berdosa dan sucikanlah hatimu, hai orang-orang yang pikirannya mendua (Yakobus 4:7-8 )

BERTAHAN DALAM KETIDAKPASTIAN

Salah satu pelajaran paling berat yg bisa dipelajari org Kristen adalah bagaimana mempercayai dan tetap memuji Allah pada saat-saat yg tdk pasti antara Janji dan Penggenapannya.
Saya percaya berdiri di tengah-tengah kematian dan penyakit, konflik dan masalah-masalah yg tidak terselesaikan, dan membuat roh kita bangkit serta tetap mengucap syukur kepada Allah merupakan peperangan rohani yg luar biasa!

Izinkan saya menyaksikan kisah yg menguatkan saya di kala saya mengalami hal-hal demikian!

Beberapa tahun lalu ada seorang misionaris yg bernama Tracey yg menaiki mobil dari Afrika selatan ke Mozambique, saat itu ada bus kecil tepat di depannya lepas kendali, berguling keluar dari jalan, menabrak dengan kecepatan 90 km/jam. Para penumpang terlempar keluar dari bus yg terguling. Tracey dan pengendara mobil motor lainnya berhenti untuk membantu dan menemukan adegan yg sangat mengerikan ketika mereka mendatangi korban satu persatu. Banyak orang mengalami luka parah yg mengancam kehidupannya, luka-luka di kepala yg menimbulkan trauma dan terbaring tidak sadar. Seorang wanita tampak jelas sudah meninggal. Ia tdk menunjukkan tanda- tanda kehidupan. Kepalanya menghadap ke punggungnya, dan salah satu matanya berada di pipinya. Misionaris Tracey yg adalah seorang asisten dokter, mengangkat orang-orang yg berdiri di dekat tempat itu dan menempatkan mereka masing- masing di dekat korban yg terluka. Kemudian ia menyuruh mereka utk " Mengucapkan kehidupan dalam nama Yesus. Pada saat saya memandang Anda, saya ingin melihat bibir Anda bergerak! "
Demikian diucapkannya berulang-ulang, dan mereka para korban pun bergerak!
Beberapa menit kemudian, di antara para korban...wanita yg dianggap sbg penumpang yg mati itu pun mulai bergerak dan berteriak. Wanita yg "mati" itu mengerang, memutar kepalanya, dan mulai bernafaskan kembali. Yang membuat orang-orang tercengang, tanda-tanda kehidupan wanita wanita itu makin kuat, dan matanya yg terlepas kembali ke tempatnya. Hal ini mebuat orang-orang lain yg berdoa menjadi makin tekun berdoa utk pasien mereka. Dalam waktu singkat, korban- korban yg tidak sadarkan diri itu mulai sadar dan orang-orang yg luka parah pendarahannya berhenti. Banyak orang yg terluka disembuhkan, dan orang-orang yang sudah pasti mati nyawanya selamat.

Ketika saya membaca cerita tsb, pikiran saya terbayang jika saya berada disana melihat orang-orang yg berdiri di pinggir jalan dan berdoa bahkan dalam situasi yang kelihatannya TIDAK ADA HARAPAN.


Itulah sikap yang harus kita miliki selama masa yg penuh ketidakpastian. Keadaan kita yg bermasalah mungkin berlangsung beberapa hari, bulan, atau tahun, dan bukan hanya satu atau dua jam, tetapi pendekatan kita harus tetap sama. Kita harus memberitakan kebaikan dan kesetiaan Tuhan bahkan juga di tengah-tengah pencobaan, sebelum kita mendapat jawaban.


Ketika berada dalam masa hidup yg tdk pasti, kita seperti para murid- murid Yesus yang juga mengalami kegagalan. Mereka adalah orang- orang yang paling berpengalaman dengan mukjizat di muka bumi pada saat itu. Tidak seorangpun yang telah melihat lebih banyak dan melakukan mukjizat lebih banyak daripada mereka, tetapi mereka menghadapi sesuatu yg tdk berhasil mereka dapatkan jalan keluarnya.

Hal tsb masih terjadi pada saat ini. Kita mungkin menemukan diri kita menghadapi problem yang sama dan tidak tahu dimana alat- alat yang dibutuhkan untuk memberikan solusi. Namun, itu tidak berarti problem kita tidak dapat diatasi. Ada kuasa dalam pengambilan ketetapan dalam hati kita bahwa "Allah selalu baik sepanjang waktu, dan bahwa kehendakNya untuk menyembuhkan dan membuat kita sejahtera tidak berubah" ..apa pun yang kita lihat dalam dunia jasmaniah.

Kita harus bersikap tenang karena mengetahui bahwa 2 hal telah dijamin untuk kita:

Pertama, dalam setiap situasi ketika kita menderita kerugian yg dilakukan oleh pembinasa, segala sesuatu akan bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Apakah Allah merancangkan kejahatan dlm hidup kita? Tidak! Apakah Ia menentukan kita mengalami kerugian? Tidak!. Namun, Ia begitu besar sehingga Ia bisa menang dengan mudah.  Ia bisa menggunakan dosa lama kita atau serangan iblis sekalipun utk menggenapi apa yang Ia kehendaki.

Kedua, Allah kita adalah Allah yang akan membungkam iblis dan akan ada pemulihan nama baik secara utuh dan absolut utk setiap momen kelemahan, penderitaan, kesulitan, siksaan, dan pencobaan yg pernah kita alami. Kita mendapat janji dari Roma 8:18 yg mengatakan " Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zama sekarang ini tdk dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak kepada kita."

Kesulitan yang kita alami dalam bidang keuangan, dalam serangan pada keluarga kita atau emosi kita, tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan dalam diri kita.
Pesan saya bagi Givers sekalian, katakan : " Saya sudah membaca bab terakhir...dan SAYA MENANG ! ."

Yang Paling Banyak Dibaca