Selamat datang ke blog Giving ministry

Giving Ministry (GM) : Sebuah pelayanan kerohanian yang bersifat INTERDENOMINASI yang berada dibawah naungan Yayasan Giving Indonesia (YGI).
Lahir di kota Medan-Indonesia, 31 Januari 2009.

VISI : Menjadi tempat persemaian bagi anak-anak Tuhan untuk menggali dan mengembangkan POTENSI baik secara PROFESIONAL dan APOSTOLIK agar berbuah dan siap memberkati kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan Bangsa-bangsa.

Jumat, 22 Februari 2013

ALLAH JURUSELAMAT

Sebagai orang Kristen, jika ditanya siapakah Juruselamat kita,
pastilah kita akan menjawab: Yesus Kristus. Tetapi, dalam bacaan
hari ini, Allah, bukan Yesus Kristus, yang disapa sebagai
Juruselamat (1a). Rupanya sebutan Allah Sang Juruselamat lazim
dipakai oleh orang Kristen mula-mula, seperti tercermin di dalam
surat-surat pastoral (lih. 1 Tim. 2:3, 4:10).


Apakah yang hendak ditekankan melalui penggunaan frasa ini? Bahwa
Allah adalah sumber keselamatan. Dengan kata lain, kesadaran atas
maksud keselamatan Allah bagi umat-Nya adalah dasar iman kita.


Karya keselamatan Allah itu menuntun kita kepada keyakinan bahwa
Kristus adalah pengharapan kita (1b). Yesus adalah sumber kehidupan
kekal
yang menanti kita, juga dasar bagi kemuliaan yang akan
diterima umat-Nya saat Dia datang kembali kelak. Karya keselamatan
Allah itu mewujud di dalam diri Yesus Kristus. Paulus dan Timotius,
yang diakui sebagai anaknya yang sah, mendapatkan panggilan untuk
mengambil bagian dalam pelayanan mewartakan keselamatan tersebut.


Dasar iman ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang terlepas dari
kesadaran akan karya keselamatan dan kehendak Allah hanya
mendatangkan kesia-siaan. Surat Paulus kepada Timotius ini tidak
hanya menyapa Timotius, tetapi juga menyapa kita, pengikut Kristus
pada masa kini. Kita juga dipanggil Tuhan sebagai utusan-Nya untuk
mengabarkan keselamatan. Ya, setelah menerima anugerah keselamatan,
kita pun mendapatkan kehormatan untuk mewartakan kabar kesukaan itu.
--ENO

ORANG YANG TELAH MENERIMA KARYA KESELAMATAN ALLAH
AKAN TERPANGGIL UNTUK MEWARTAKAN KABAR KESUKAAN ITU

Kamis, 21 Februari 2013

RACUN TIKUS

Ada berbagai jenis racun tikus. Salah satunya berbentuk seperti
makanan bagi tikus. Si binatang pengerat, mengira benda itu makanan
enak, akan memakannya tanpa curiga. Beberapa jam kemudian, racun
yang terkandung di dalam "makanan" tersebut akan bekerja dan
membunuh si tikus dari dalam.


Cara kerja dosa mirip dengan cara kerja racun tikus tersebut. Pada
awalnya tampak nikmat dan menggoda, tetapi kemudian menghancurkan
hidup kita. Itulah yang terjadi pada Adam dan Hawa di Taman Eden.
Meskipun Allah sudah melarang mereka, Hawa tergoda untuk menikmati
buah pengetahuan karena buah itu terlihat sedap. Godaan ini terasa
lebih kuat lagi karena si ular berkata bahwa buah tersebut akan
membuatnya mengerti hal-hal yang tersembunyi, yang hanya diketahui
oleh Allah (ay. 5). Hawa (dan kemudian Adam) pun akhirnya tergoda
dan melanggar perintah Tuhan dengan mencicipi buah itu (ay. 6).
Akibatnya, Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dan menanggung
kutukan Tuhan (ay. 16-19).


Dosa memang sangat menggoda pada awalnya, tetapi konsekuensinya
selalu buruk bagi hidup kita
. Menjadi kaya dengan korupsi memang
menggoda, tetapi konsekuensi hukumnya berat. Berselingkuh memang
menggoda, tetapi akan menghancurkan keluarga kita. Bolos sekolah
untuk bermain memang menggoda, tetapi dapat merusak masa depan kita.
Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga diri agar tidak tergoda
oleh dosa. Anugerah-Nya menyadarkan kita akan parahnya konsekuensi
dosa dan memampukan kita untuk menolak godaannya. --ALS

SEBUAH LUBANG KEBOCORAN DAPAT MENENGGELAMKAN KAPAL,
SEBUAH DOSA DAPAT MENGHANCURKAN KEHIDUPAN ORANG PERCAYA -- JOHN BUNYAN

Rabu, 20 Februari 2013

BUKAN PENCITRAAN

Ibrani 11 sebuah pasal yang unik. Isinya biografi singkat sekian
banyak tokoh iman Perjanjian Lama. Menariknya, penulis hanya
menderetkan kemenangan iman mereka, tanpa menyebutkan satu pun
kegagalan mereka. Jika saat ini terbit biografi semacam itu, yang
isinya hanya hal positif tentang si tokoh, orang bisa jadi akan
mencibir. Buku itu, terutama bagi yang mengenal kehidupan si tokoh,
akan dianggap sebagai pencitraan belaka. Apakah penulis kitab Ibrani
juga melakukan pencitraan?


Salomo mengingatkan, tidak semua hal perlu dibicarakan. Kita perlu
memilahnya secara arif. Inilah tampaknya yang dilakukan penulis
Ibrani. Meskipun setiap tokoh memiliki kelemahan, bahkan ada yang
melakukan dosa mengerikan, ia memilih tidak membeberkan dan
mengungkitnya kembali. Ia memilih menyoroti iman mereka (frasa
"karena iman" muncul 19 kali dalam Ibrani 11). Ini bukan pencitraan;
ini sudut pandang Allah yang penuh anugerah terhadap mereka. Allah
memperhitungkan iman mereka, bukan menimbang antara perbuatan baik
dan perbuatan buruk mereka. Bukankah ini kabar baik yang
menyenangkan, yang membangkitkan sukacita?


Sebagai penerima anugerah, kita bersukacita karena Allah telah
mengampuni segala dosa kita dan tidak lagi mengungkit kesalahan
kita, namun merayakan kemenangan kita bersama-Nya. Kiranya sukacita
itu melimpah dalam hubungan kita dengan sesama: kita memilih untuk
mengampuni dan melupakan kesalahan mereka, serta lebih senang
membicarakan hal-hal yang membangun iman satu sama lain. --ARS

PENCITRAAN MENONJOLKAN KEBAIKAN DAN KEUNGGULAN MANUSIA;
ANUGERAH MENONJOLKAN KEBAIKAN DAN KEUNGGULAN ALLAH

Selasa, 19 Februari 2013

RASA CUKUP

Ada bermacam cara untuk menjerat burung. Anda dapat menempatkan
jontrot atau burung pemikat di dalam kandang bertingkat dua dengan
pintu terbuka. Jontrot biasanya burung yang sudah jadi alias rajin
berkicau. Anda juga dapat memakai pulut (getah nangka) dan jontrot.
Cara lainnya dengan merentangkan jaring ikan di antara pepohonan.
Namanya burung, mereka tidak pernah sadar jika itu perangkap.


Dalam suratnya, Paulus menasihati kita agar memiliki dua rasa cukup.
Rasa cukup akan ibadah kita (ay. 6) dan rasa cukup atas kepenuhan
kebutuhan kita
(ay. 8). Mereka yang tidak memiliki rasa cukup akan
mengejar dan menginginkan perkara lain untuk memuaskannya. Saat
itulah orang dapat jatuh dalam jerat pencobaan (ay. 9) dan berbuat
jahat (ay. 10). Jerat dalam bahasa aslinya berarti suatu perangkap
yang tidak diduga-duga. Pencobaan datang dengan sangat halus.
Menyamarkan keinginan sebagai kebutuhan -kebutuhan akan makan,
rumah, pakaian, kasih sayang -sehingga kita merasa sudah semestinya
mendapatkannya. Dan, seperti burung yang lengah, kita pun
terperangkap.


Untuk menangkalnya, ya kita perlu mengembangkan rasa cukup tadi.
Ibadah yang cukup adalah ibadah yang melegakan batin, menerangi
hidup, menolong kita untuk mengenali pencobaan, dan menjadikan kita
manusia Allah (ay. 11-12). Sehubungan dengan kebutuhan sehari-hari,
rasa cukup terwujud dalam rasa puas atas apa yang kita miliki, dan
berusaha mendayagunakannya dengan cara-cara yang selaras dengan
panggilan kita sebagai anak Tuhan. --MRT

DALAM RASA CUKUP KITA MENSYUKURI ANUGERAH
DAN JAMINAN PEMELIHARAAN-NYA SETIAP HARI

Senin, 18 Februari 2013

KASIH YANG BENING

Kadang muncul berita, masyarakat menangkap pasangan yang "kumpul
kebo". Sebagai hukuman, kedua orang ini ditelanjangi dan diarak
keliling kampung, lalu dikawinkan secara paksa. Wah! Begitu juga
dengan perempuan dalam perikop hari ini. Ia tertangkap basah sedang
berzinah. Anehnya, hanya dirinya -si perempuan -yang ditangkap. Mana
si lakilaki? Ah, tidak adil.


Ini kisah perjuangan melawan ketidakadilan dan penerapan hukum
Taurat secara beku. Orang Farisi dan ahli Taurat menggunakan kasus
itu untuk menjebak Yesus. Mereka mencobai-Nya dengan mengutip hukum
Taurat, yang isinya mempertaruhkan nyawa perempuan berdosa itu.
Yesus, sebaliknya, dengan tenang mengajak orang untuk menghayati
kebeningan hati dalam menilai keberdosaan orang lain. Dia mengundang
kita berintrospeksi sehingga tidak berlaku gegabah, tetapi bersikap
adil.


Dalam pernyataan-Nya kepada orang banyak (ay. 7), Yesus bukan
menyetujui perzinahan. Buktinya, Dia juga berpesan kepada perempuan
itu, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang" (ay. 11). Dengan
pernyataan tadi, Yesus menggugah orang yang suka menghakimi sesama
agar berkaca baik-baik sehingga dapat menimbang perkara dengan
bening. Dan, dengan sikap-Nya, Dia menunjukkan betapa rahmat dan
belas kasihan itu lebih luhur daripada hukum yang kaku.


Apakah kita belajar berlaku adil dengan bersedia melakukan koreksi
batin sebelum sibuk menuding orang lain? Ataukah kita bersikeras
mengukuhi hukum yang kaku, bukannya belajar mengulurkan rahmat dan
belas kasihan? --DKL

PEMIKIRAN HATI YANG BENING MEMBUKA PINTU
UNTUK MEMPERJUANGKAN KEADILAN DAN MENGULURKAN BELAS KASIHAN

MENANTIKAN PERNIKAHAN

Kita tentu pernah mendengar atau mungkin malah ikut melontarkan
guyonan semacam ini: "Aku ingin Tuhan Yesus segera datang kembali...
setelah aku kawin, setelah aku sukses dalam karier dan kaya raya,
setelah aku beranak-cucu, atau (yang agak rohani) setelah dampak
pelayananku mendunia."
Kenapa kedatangan kembali Yesus Kristus
cenderung diasosiasikan sebagai gangguan di tengah keasyikan
aktivitas kita di dunia ini?


Paling tidak ada dua gambaran besar tentang kedatangan Tuhan akhir
zaman. Pertama, kedatangan-Nya seperti pencuri yang muncul mendadak
pada waktu malam
. Dia datang untuk membawa penghakiman pada
orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Dia datang secara tiba-tiba
di tengah keasyikan mereka menikmati hawa nafsu duniawi (lihat 1
Tesalonika 5:1-11).


Kedua, kedatangan-Nya seperti mempelai laki-laki yang menjemput
mempelai perempuan idamannya
. Mempelai perempuan telah siap sedia,
menantikan dengan penuh gairah dan kerinduan. Kedatangan-Nya menjadi
alasan untuk menggelar suatu perayaan yang penuh sukacita,
sorak-sorai, dan kemenangan. Dunia telah dijatuhi hukuman, dan
orang-orang kudus memerintah bersama Dia dalam kekekalan (lihat
Wahyu 19:1-10).


Jadi, bagaimana? Apakah Anda merasa "terganggu" oleh gagasan tentang
kedatangan-Nya kembali, atau sungguh-sungguh siap sedia
menantikannya? Sebagai orang kudus, entah kita meninggal dunia
terlebih dahulu entah kita menyambut kedatangan-Nya selagi masih
hidup, kedatangan-Nya kembali adalah sumber pengharapan dan
sukacita. --ARS

PENGHARAPAN AKAN KEDATANGAN KEMBALI KRISTUS MEMBANGKITKAN
SUKACITA YANG MENGUATKAN KITA MENGHADAPI TANTANGAN HIDUP

Rabu, 13 Februari 2013

MEMILIH PASANGAN HIDUP

Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang sangat mendunia sampai detik ini, tak jarang semua kalangan pun merayakan hari yang cukup spesial ini. Di bulan yang spesial ini, tidak ada salahnya jika membahas mengenai memilih PH (pasangan hidup) yang cocok dengan hidup kita dan yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Kadangkala banyak orang yang pada awalnya merasa bahwa pasangannya memang dari Tuhan namun setelah melewati waktu demi waktu, setelah muncul masalah dan persoalan, tiba-tiba semuanya terlihat salah di mata kita. Kita sangat membutuhkan Tuhan dalam hal ini, karena pilihan kita akan menentukan masa depan kita nantinya.

Di dalam kitab Roma 12:1-2 dikatakan bahwa “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Allah adalah sumber dari segala yang sempurna, namun memilih dengan sempurna adalah tanggung jawab kita kepada-Nya, kita harus tahu akan hal ini. Semua yang kita pilih mempunyai konsekuensinya masing-masing dan kita juga harus siap untuk menerimanya karena kita tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan akan kehendak Tuhan saja. Dalam sebuah acara pemberkatan pernikahan, setiap pendeta pasti akan mengajukan satu pertanyaan sebelum kedua mempelai sah menjadi pasangan suami istri, dan pertanyaan itu adalah : “Apakah kita bersedia menerima pasangan kita, baik dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dsb.” Anda harus menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “Ya, saya bersedia!” bukan “Ya, jika Tuhan berkehendak”. Tuhan bertanya kepada kita melalui pendeta tersebut dan pada saat itulah kita membuat keputusan di hadapan Tuhan.

Karena itulah, sebelum kita memilih pasangan hidup kita, mari pastikan bahwa pasangan hidup kita itu adalah pasangan hidup yang cocok dengan kita dan datangnya daripada Tuhan.

Berikut adalah 7 hal yang harus kita perhatikan :

1. Komitmen Untuk Bertumbuh Secara Pribadi Di Dalam Kristus.
Kita harus menemukan pasangan yang sama-sama di dalam Tuhan dan cinta Tuhan. Ini hal yang paling mendasar dari semuanya. Masing-masing dari kita diharapkan punya komitmen bertumbuh secara pribadi, bukan bertumbuh bersama di dalam Yesus. Karena kalau setiap pribadi tidak mempunyai komitmen untuk bertumbuh secara pribadi, maka saat mereka menikah nanti, akan banyak masalah dalam kerohanian mereka, kalau tidak gagal, kerohanian mereka akan saling bergantung. Sedangkan kalau setiap mereka punya komitmen untuk bertumbuh secara pribadi dalam Yesus, maka mereka akan saling support dan menguatkan di saat yang satu lemah, bukannya justru jatuh bersama.

“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.” (Filipi 2:12)

Carilah orang yang "Growing in God" bukan "Glowing in God"!

2. Visi Hidupnya Menyenangkan Tuhan
Satu hal yang harus kita sadari bahwa pasangan kita mempunyai visi dalam hidupnya, bukan hanya sekedar menjalani hidup dan tanpa arah yang jelas. Dan pastikan bahwa visi hidupnya menyenangkan Tuhan. Pasangan kita haruslah mempunyai hidup produktif, mempunyai visi yang jelas, tahu ke mana ia harus melangkah dan mempunyai tujuan untuk/di dalam Tuhan. Menyenangkan Tuhan adalah visi hidupnya dan Tuhan senang dengan visi hidupnya.

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:21-22a)

3. Jujur
Hati pasangan kita ini tulus, bukan berarti bodoh dan mudah dibodohi. Tapi kita dapat melihat dirinya mempunyai hati yang tulus. Meskipun kadang ia dapat berbuat kesalahan namun ia menyesal dan ia mempunyai keinginan untuk hidup benar.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)

4. Dewasa dan Tanggung Jawab
Kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dari usianya saja melainkan diukur dari sikap dan perilaku yang mencerminkan hidupnya. Dewasa tidak hanya berbicara tentang usia meskipun usia itu penting. Banyak sekali orang yang memang sudah berusia dewasa tetapi sikap dan tingkah lakunya tidak mencerminkan hal itu. Karena itu, kenali pandangan dan cara hidupnya, maka dari itu penting sekali untuk kita berteman dekat terlebih dahulu. Lihat bagaimana cara dia bergaul, bagaimana dia mengambil keputusan, bagaimana dia menyelesaikan masalah, dll. Akan sangat repot sekali kalau kita menikah dengan orang yang belum dewasa dan tidak bertanggung jawab.

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Kor 13:11)

5. Gambaran Diri yang Baik
Mengasihi diri sendiri tidak sama dengan mengasihani diri sendiri. Orang yang mengasihi diri sendiri tahu bagaimana caranya ia merawat dirinya sendiri.

Kamarnya tidak berantakan, meja kerjanya tidak tampak seperti kapal pecah, penampilannya rapi dan bersih, dsb. Bukan berarti kamar, meja kerja dan penampilannya tidak boleh berantakan namun dia tahu bagaimana cara merawat dirinya supaya kelihatan rapi dan bersih. Apa jadinya jika kita menikah dengan orang yang merawat diri sendirinya saja belum bisa?

“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39)

6. Sikapnya Positif Terhadap Hidup
Ia mempunyai sikap yang positif terhadap hidup. Tidak sedikit-sedikit mengomel, menggerutu, menyalahkan orang lain atau juga menyalahkan dirinya sendiri. Memang kadang-kadang kita sering melihat calon pasangan kita gagal, tapi bukan berarti kita harus menghapusnya dari "daftar" kita. Mungkin ada kalanya dia marah, mengomel atau menggerutu karena beberapa kejadian, tetapi yang harus kita lihat adalah bagaimana sikapnya saat dia sedang menghadapi hari-hari ‘normal’nya. Kalau marah-marah dan mengomel itu adalah bagian dari dia, ini yang harus kita pikirkan kembali. Maka daripada itu, pertemanan sebelum pacaran itu sangatlah penting.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)

7. Jatuh Cinta
Di dalam Kidung Agung 8:5-7 mengatakan bahwa, “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? -- Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina."

Cinta itu sangat perlu, meskipun point 1-6 terpenuhi tapi apa jadinya kalau kita menikah dengan orang yang tidak kita cintai dan setiap hari sampai seumur hidup kita, kita harus hidup dengannya. Selain gagal, kita juga sedang bermain dengan pencobaan moral yang besar dalam hidup kita, yaitu selingkuh. Dan akibatnya akan semakin fatal karena akan beresiko pada keselamatan pribadi kita.
Ada baiknya kalau kita menikah dengan best friend kita. Best friend tidak sama dengan old friend. Best friend juga bukan berarti kita harus mengetahui lebih banyak dari old friend-nya. Best friend berbicara tentang ikatan friendship yang terbentuk, berbicara tentang rasa saling menghormati satu sama lain, saling menerima, dan saling percaya. Kalau masalah pengetahuan akan masing-masing pribadi, seiring dengan berjalannya waktu, kita juga akan tahu banyak tentang dia.

Milikilah dulu hubungan persahabatan yang sehat dengan si dia. Dukung dia dalam pertumbuhannya, baik rohani maupun karakternya. Jangan tumbuhkan cinta sebelum waktunya karena salah satu buah Roh adalah juga pengendalian diri. Kenalilah dulu dan beri dia kesempatan untuk bertumbuh karena itu akan sangat berdampak bukan hanya untuk kebaikan kita namun juga untuk kebaikannya sendiri.
Jangan campurkan antara kasih dan cinta. Jangan juga campurkan komitmen kita dengan Tuhan dan gereja, dengan cinta. Karena seringkali orang yang cintanya ditolak, ia langsung mundur dari Tuhan dan pindah gereja.

Healing Quote :
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Filipi 1:9-11)

TeamPortal (SP)
source : http://hmministry.com

MAWAR DI DALAM DIRI SESEORANG

Alkisah ada seorang laki-laki yang menanam sebuah tanaman bunga mawar. Dia menyiraminya dengan setia setiap hari sampai suatu hari dia melihat kuncup yang akan segera mekar. Tapi kemudian dia melihat duri-duri di sekujur batang tanaman tersebut dan ia berpikir, “Bagaimana mungkin sebuah bunga yang indah muncul dari tanaman yang batangnya dipenuhi dengan begitu banyak duri tajam?” Karena sedih dengan pemikiran tersebut, ia mengabaikan tanaman tersebut. Ia lupa menyirami tanaman tersebut sehingga tanaman itu mati sebelum bunganya merekah.

Begitu pula halnya dengan banyak orang. Dalam setiap jiwa ada sebuah ‘mawar’, yaitu kualitas Ilahi yang ditanamkan di dalam setiap kita saat kita diciptakan. ‘Mawar’ itu tumbuh di tengah-tengah ‘duri’, yaitu cacat cela dan dosa kita. Dan saat kita melihat diri kita masing-masing, banyak dari kita yang hanya melihat ‘duri-duri’ atau cacat cela di dalam diri kita dan mengabaikan ‘mawar’ tersebut. Kita pun merasa putus asa, kita berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang baik di dalam diri kita sehingga akhirnya potensi tersebut mati dan terpendam begitu saja.

Sejumlah orang tidak dapat melihat ‘mawar’ dalam diri mereka sendiri, mereka membutuhkan orang lain untuk menunjukkannya kepada mereka. Salah satu hal yang seharusnya dilakukan seseorang adalah bagaimana dia dapat mengabaikan ‘duri-duri’ dalam diri orang lain untuk mencari dan menemukan ‘mawar’ dalam diri orang tersebut.

Hal ini sesungguhnya adalah salah satu karakteristik dari kasih, yaitu melihat ke dalam diri seseorang, mengetahui cacat cela pada dirinya dan menerima orang itu ke dalam hidup Anda sambil mengenali budi luhur dalam jiwa orang tersebut. Bantulah orang tersebut untuk menyadari bahwa mereka dapat menaklukkan cacat cela mereka. Jika kita dapat menunjukkan kepada mereka ‘mawar’ di dalam diri mereka, mereka akan dapat menaklukkan duri mereka. Dan saat itulah mereka akan ‘mekar’.

Prinsip inilah yang diterapkan oleh Tuhan Yesus. Murid-murid Yesus tadinya merupakan sekumpulan orang yang pengecut, ketakutan dan putus harapan. Sebagian besar dari mereka meninggalkan Yesus saat Dia ditangkap, disiksa dan dianiaya. Akan tetapi Tuhan Yesus tidak menjadi kecewa dan kepahitan kepada murid-murid-Nya. Tuhan Yesus tahu bahwa mereka memiliki potensi yang besar. Tuhan Yesus mendatangi murid-murid-Nya dan mengatakan bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ke ujung-ujung bumi. Akhirnya dengan bantuan Roh Kudus, murid-murid itu benar-benar diubahkan menjadi pribadi yang sungguh berbeda. Mereka yang dulunya pengecut menjadi berani, mereka memberitakan Injil dengan kuasa dan membawa banyak orang ke dalam pertobatan.

Mungkin ada di antara kita yang pasangan, orang tua, teman atau saudaranya memiliki karakter atau sikap yang buruk. Mungkin kita putus asa dan berpikir bahwa mereka tidak mungkin dapat berubah dan akhirnya kita mengalami kepahitan kepada mereka dan tidak mau lagi berurusan dengan mereka. Ingatlah bahwa kasih itu sabar, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu serta sabar menanggung segala sesuatu. Tetaplah doakan mereka dan perkatakanlah kata-kata positif ke dalam hidup mereka karena perkataan kita mengandung kuasa. Percayalah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Healing Quote:
“Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” (1 Korintus 13:2)

source : http://hmministry.com

Jumat, 08 Februari 2013

KISAH TEBOW

 Pada 2011, Tim Tebow menjadi ikon fenomenal di dunia American
  football, dengan banyak kemenangan gemilang bersama timnya, Denver
  Broncos. Yang menarik, ia menjadi buah bibir bukan hanya karena
  prestasinya, tetapi juga keberaniannya menyatakan iman kepada
  Kristus. Ia selalu berdoa dengan berlutut di lapangan sebelum
  bertanding. Ia juga sengaja mengecat wajah dengan sebuah alamat ayat
  di bawah kedua mata, misalnya Yoh. 3:16 dan Ef. 2:8-10. Ini terekam
  oleh liputan TV dan membuat banyak penonton penasaran akan isinya.


  Pendidikan rohani yang kuat dari orangtuanya sejak kecil adalah
  dasar kuat yang menolong Tim bertumbuh mencintai Yesus dan
  pelayanan. Di luar lapangan, ia aktif dalam pelayanan mahasiswa dan
  mendirikan Yayasan Tim Tebow sejak 2010. Yayasan ini menolong banyak
  anak yang mengalami sakit berat dan sedang membangun sebuah rumah
  sakit anak di Filipina. Tebow, yang baru berusia 25 tahun, berusaha
  menjadi teladan bagi para penggemarnya. Termasuk dalam menjaga
  kekudusan.


  Sebagai pemimpin yang masih muda, Timotius dinasihati Paulus untuk
  menjaga hidupnya agar tidak menjadi sandungan, sebaliknya menjadi
  teladan. Caranya, dengan terus tekun mempelajari Kitab Suci (ay. 13)
  dan mempergunakan karunia rohaninya (ay. 14). Tujuannya agar
  Timotius semakin dewasa rohani (ay. 15) dan dapat menjadi teladan.
  Tebow dan Timotius berhasil melaksanakan pesan ini selagi mereka
  muda. Mari ikuti nasihat Paulus ini. Berapa pun usia kita sekarang,
  Tuhan akan menolong kita melakukannya. --AW

                    DALAM SEGALA MUSIM HIDUP KITA
            BIARLAH HIDUP KRISTUS NYATA DALAM HIDUP KITA

Selasa, 05 Februari 2013

Empat Tahun Giving Ministry dan GIVERS

Dear My Friends,

Empat tahun sudah berjalan bersama dengan kalian, banyak hal yang kita alami yang terkadang tidak bisa kita ungkapkan dengan kata dan tulisan. Lebih banyak kita membawanya didalam doa-doa pribadi kita.
Kita saling dukung didalam doa. Jiwa kita berpaut karena kuat sekali roh doa itu di tengah-tengah kita.

Kita melaksanakan program demi program dengan biaya operational yang sangat minim. Bahkan sangat sering kita merogoh kantong kita lebih dalam karena kecintaan kita akan pekerjaan Tuhan. Kita sering dibilang "gila" oleh orang lain bahkan tidak jarang kita menyandang sebutan "kurang berhikmat" karena apa yang sedang kita kerjakan.

Aku kagum punya rekan-rekan kerja seperti kalian para GIVERS. Aku terlalu yakin kalau GIVING MINISTRY bukanlah pelabuhan terakhir dari teman-teman, karena sesuai dengan visi dari pelayanan ini, bahwa kita disemai bersama-sama disini untuk menjadi siap ditempatkan di tanah perjanjian kita masing - masing.

Di tahun ke 5 ini, kita isi dengan sesuatu yang lebih berdampak lagi, hati yang lebih "passion" lagi, semangat yang lebih berapi-api lagi. Semuanya hanya karena kita ingin menunjukkan dan mengekspresikan cinta kita pada YESUS.

Selamat Ulang Tahun untuk semua Givers.

Salam Kegerakan dari bonapasogit.
Jhon HTS
Ketua YGI


Yang Paling Banyak Dibaca