Yesaya 58:1-12
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk ... (Yesaya 58:6)
Apa yang Anda pikirkan saat mendengar kata “puasa”? Saya langsung membayangkan tidak makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, disertai doa-doa yang—kata orang—lebih “ampuh” daripada biasanya. Bagaimana seharusnya kita berpuasa?
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk ... (Yesaya 58:6)
Apa yang Anda pikirkan saat mendengar kata “puasa”? Saya langsung membayangkan tidak makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, disertai doa-doa yang—kata orang—lebih “ampuh” daripada biasanya. Bagaimana seharusnya kita berpuasa?
Alkitab mencatat apa yang Tuhan kehendaki ketika umat-Nya berpuasa.
Menegakkan kebenaran, berbelas kasih kepada sesama (ayat 6-7). Tidak
melakukan yang memberatkan sesama, apalagi mencelakakan (ayat 9).
Menahan diri tidak menikmati apa yang diinginkan diri sendiri, tetapi
memberikannya untuk memenuhi kebutuhan orang yang tak berdaya (ayat 10).
Betapa Tuhan berang ketika umat-Nya menjalankan puasa hanya sebagai
ritual belaka, dan menuntut Tuhan menjawab doa karena mereka merasa
sudah melakukan kewajiban yang diminta (ayat 1-3). Kelihatannya saja
mereka mencari dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, tetapi
sehari-harinya, mereka tidak takut melakukan apa yang jahat, seolah-olah
Tuhan tidak ada (ayat 4-5).
Tuhan berjanji menyertai, bahkan memuaskan kebutuhan kita, ketika
dalam puasa kita merelakan bagian kita untuk memenuhi kebutuhan orang
lain (ayat 11). Sikap itu dikatakan akan “membangun reruntuhan” yang
sudah lama tak bisa dihuni (ayat 12). Belas kasihan dapat menembus hati
yang keras hingga mereka juga dapat mengenal hidup yang berkenan kepada
Tuhan. Betapa baiknya jika kita mengambil waktu untuk berdoa puasa dan
menjalankannya seperti yang Tuhan kehendaki. Kita ditolong makin
bertumbuh mengasihi dan makin mengandalkan-Nya; sesama pun dibawa makin
mengenal-Nya melalui kasih kita kepada mereka.
PUASA, PERTAMA-TAMA MENGUBAH MANUSIA,
BUKAN MENGUBAH ALLAH.
BUKAN MENGUBAH ALLAH.
Written by Anthony Martua Samosir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar