Lukas 23:33-43
Lalu ia berkata: ”Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42)
Lalu ia berkata: ”Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42)
Enak,
ya, jadi penjahat yang disalib bersama dengan Yesus itu. Bertobat
langsung masuk ke surga. Coba kalau kita bisa bersenang-senang
sepuasnya dulu di dunia, lalu sebelum mati baru kita bertobat,”
kelakar seorang teman. Pertanyaannya, benarkah penjahat itu bertobat
secara “enak”?
Kita
lihat dulu dari sisi Tuhan Yesus. Penampilan-Nya saat itu
betul-betul tak menjanjikan. Dia lebih mirip seorang pesakitan
daripada seorang Juru Selamat. Selain kondisi fisik-Nya yang begitu
buruk dan mengerikan, ejekan, olok-olok, dan hujatan pun
menimpa-Nya secara bertubi-tubi.
Si
penjahat sendiri juga sedang menanggung penyaliban. Penyaliban
diakui sebagai bentuk hukuman mati yang paling keji dan paling
menyiksa. Kesengsaraan yang diakibatkannya berlangsung secara pelan,
tetapi pasti. Penderitaannya seakan tidak berujung. Seseorang menulis,
“Dalam keadaan seperti itu, Anda cuma bisa berdoa atau mengutuk.”
Akan tetapi, si
penjahat memilih untuk mengamati Si Terhukum di sebelahnya, mencerna
pembicaraan orang tentang-Nya, dan membantah hujatan penjahat lain
terhadap-Nya. Dan, akhirnya ia pun sampai pada pengakuan bahwa Si
Terhukum ini sejatinya adalah Sang Raja! Apakah Anda akan mengatakan
bahwa itu keputusan yang diambil secara gampang dan “enak”?
Pertobatan,
dari sudut pandang manusia, tidak pernah enak. Itu berarti
meninggalkan keinginan egois agar kita dapat menyambut kehendak Tuhan.
Siapa yang melakukannya, tanpa harus mati dulu seperti si penjahat,
maka ia akan menemukan Firdaus—lambang sukacita yang paling dalam—hari
ini juga. Bersediakah Anda?
MENINGGALKAN KEINGINAN EGOIS DAN MENYAMBUT KEHENDAK TUHAN
ADALAH SATU-SATUNYA JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN SEJATI
ADALAH SATU-SATUNYA JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN SEJATI
Written by Arie Saptaji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar