Ibrani 4:1-16
Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan- Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban (Ibrani 4:13)
Saat membayangkan apa jadinya jika hak privasi tak pernah ada, tiba-tiba saya menjadi sangat malu. Pasti orang akan heran mengetahui film tidak pantas yang pernah saya tonton, percakapan rahasia saya untuk merusak nama baik orang lain, rencana-rencana busuk saya, atau pikiran-pikiran berdosa yang saya nikmati. Namun, kenapa saya tak pernah malu kepada Tuhan yang selalu tahu gerak-gerik, motivasi, pikiran, dan rancangan-rancangan yang paling tersembunyi sekalipun. Saya lebih takut nama baik saya tercemar dibandingkan takut pada kekudusan Tuhan.
Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan- Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban (Ibrani 4:13)
Saat membayangkan apa jadinya jika hak privasi tak pernah ada, tiba-tiba saya menjadi sangat malu. Pasti orang akan heran mengetahui film tidak pantas yang pernah saya tonton, percakapan rahasia saya untuk merusak nama baik orang lain, rencana-rencana busuk saya, atau pikiran-pikiran berdosa yang saya nikmati. Namun, kenapa saya tak pernah malu kepada Tuhan yang selalu tahu gerak-gerik, motivasi, pikiran, dan rancangan-rancangan yang paling tersembunyi sekalipun. Saya lebih takut nama baik saya tercemar dibandingkan takut pada kekudusan Tuhan.
Salah satu penyebab kurangnya rasa takut atau malu ketika berbuat
dosa adalah adanya jaminan keselamatan bagi kita yang beriman kepada
Kristus. Memang, kita pasti masuk ke tempat perhentian-Nya yang kekal
(ayat 1,3). Namun, kita masih harus mempertanggungjawabkan hidup kita di
hadapan-Nya. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani meminta kita waspada
(ayat 1) serta taat kepada-Nya (ayat 6,11). Kita harus memegang erat
firman Allah untuk menjaga hidup kita tetap bersih (ayat 12).
Sebaliknya, ketika kita menyadari dosa, kita mesti berani menghampiri
takhta-Nya (ayat 16). Sebab, Kristus Imam Besar kita (ayat 14,15) yang
mendamaikan kita dengan Allah.
Jadi, ada dua sikap yang tampaknya bertentangan, tetapi harus ada
secara bersamaan dalam diri orang percaya. Pertama, sikap takut berbuat
dosa; kedua, sikap berani menghampiri Tuhan Yang Mahakudus. Kita harus
menyadari bahwa tak ada yang dapat kita sembunyikan dari pandangan-Nya.
Di lain pihak, setiap kali kita berdosa, kita mesti punya keberanian
untuk segera datang kepada-Nya, memohon pengampunan.
KEKUDUSAN TUHAN MEMBUAT KITA HIDUP HATI-HATI DI HADAPAN-NYA.
KASIH KARUNIA TUHAN MEMBUAT KITA BERANI MENGHAMPIRINYA.
KASIH KARUNIA TUHAN MEMBUAT KITA BERANI MENGHAMPIRINYA.
Ditulis oleh Heman Elia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar