Selamat datang ke blog Giving ministry

Giving Ministry (GM) : Sebuah pelayanan kerohanian yang bersifat INTERDENOMINASI yang berada dibawah naungan Yayasan Giving Indonesia (YGI).
Lahir di kota Medan-Indonesia, 31 Januari 2009.

VISI : Menjadi tempat persemaian bagi anak-anak Tuhan untuk menggali dan mengembangkan POTENSI baik secara PROFESIONAL dan APOSTOLIK agar berbuah dan siap memberkati kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan Bangsa-bangsa.

Rabu, 13 Februari 2013

MEMILIH PASANGAN HIDUP

Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang sangat mendunia sampai detik ini, tak jarang semua kalangan pun merayakan hari yang cukup spesial ini. Di bulan yang spesial ini, tidak ada salahnya jika membahas mengenai memilih PH (pasangan hidup) yang cocok dengan hidup kita dan yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Kadangkala banyak orang yang pada awalnya merasa bahwa pasangannya memang dari Tuhan namun setelah melewati waktu demi waktu, setelah muncul masalah dan persoalan, tiba-tiba semuanya terlihat salah di mata kita. Kita sangat membutuhkan Tuhan dalam hal ini, karena pilihan kita akan menentukan masa depan kita nantinya.

Di dalam kitab Roma 12:1-2 dikatakan bahwa “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Allah adalah sumber dari segala yang sempurna, namun memilih dengan sempurna adalah tanggung jawab kita kepada-Nya, kita harus tahu akan hal ini. Semua yang kita pilih mempunyai konsekuensinya masing-masing dan kita juga harus siap untuk menerimanya karena kita tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan akan kehendak Tuhan saja. Dalam sebuah acara pemberkatan pernikahan, setiap pendeta pasti akan mengajukan satu pertanyaan sebelum kedua mempelai sah menjadi pasangan suami istri, dan pertanyaan itu adalah : “Apakah kita bersedia menerima pasangan kita, baik dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dsb.” Anda harus menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “Ya, saya bersedia!” bukan “Ya, jika Tuhan berkehendak”. Tuhan bertanya kepada kita melalui pendeta tersebut dan pada saat itulah kita membuat keputusan di hadapan Tuhan.

Karena itulah, sebelum kita memilih pasangan hidup kita, mari pastikan bahwa pasangan hidup kita itu adalah pasangan hidup yang cocok dengan kita dan datangnya daripada Tuhan.

Berikut adalah 7 hal yang harus kita perhatikan :

1. Komitmen Untuk Bertumbuh Secara Pribadi Di Dalam Kristus.
Kita harus menemukan pasangan yang sama-sama di dalam Tuhan dan cinta Tuhan. Ini hal yang paling mendasar dari semuanya. Masing-masing dari kita diharapkan punya komitmen bertumbuh secara pribadi, bukan bertumbuh bersama di dalam Yesus. Karena kalau setiap pribadi tidak mempunyai komitmen untuk bertumbuh secara pribadi, maka saat mereka menikah nanti, akan banyak masalah dalam kerohanian mereka, kalau tidak gagal, kerohanian mereka akan saling bergantung. Sedangkan kalau setiap mereka punya komitmen untuk bertumbuh secara pribadi dalam Yesus, maka mereka akan saling support dan menguatkan di saat yang satu lemah, bukannya justru jatuh bersama.

“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.” (Filipi 2:12)

Carilah orang yang "Growing in God" bukan "Glowing in God"!

2. Visi Hidupnya Menyenangkan Tuhan
Satu hal yang harus kita sadari bahwa pasangan kita mempunyai visi dalam hidupnya, bukan hanya sekedar menjalani hidup dan tanpa arah yang jelas. Dan pastikan bahwa visi hidupnya menyenangkan Tuhan. Pasangan kita haruslah mempunyai hidup produktif, mempunyai visi yang jelas, tahu ke mana ia harus melangkah dan mempunyai tujuan untuk/di dalam Tuhan. Menyenangkan Tuhan adalah visi hidupnya dan Tuhan senang dengan visi hidupnya.

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:21-22a)

3. Jujur
Hati pasangan kita ini tulus, bukan berarti bodoh dan mudah dibodohi. Tapi kita dapat melihat dirinya mempunyai hati yang tulus. Meskipun kadang ia dapat berbuat kesalahan namun ia menyesal dan ia mempunyai keinginan untuk hidup benar.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)

4. Dewasa dan Tanggung Jawab
Kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dari usianya saja melainkan diukur dari sikap dan perilaku yang mencerminkan hidupnya. Dewasa tidak hanya berbicara tentang usia meskipun usia itu penting. Banyak sekali orang yang memang sudah berusia dewasa tetapi sikap dan tingkah lakunya tidak mencerminkan hal itu. Karena itu, kenali pandangan dan cara hidupnya, maka dari itu penting sekali untuk kita berteman dekat terlebih dahulu. Lihat bagaimana cara dia bergaul, bagaimana dia mengambil keputusan, bagaimana dia menyelesaikan masalah, dll. Akan sangat repot sekali kalau kita menikah dengan orang yang belum dewasa dan tidak bertanggung jawab.

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Kor 13:11)

5. Gambaran Diri yang Baik
Mengasihi diri sendiri tidak sama dengan mengasihani diri sendiri. Orang yang mengasihi diri sendiri tahu bagaimana caranya ia merawat dirinya sendiri.

Kamarnya tidak berantakan, meja kerjanya tidak tampak seperti kapal pecah, penampilannya rapi dan bersih, dsb. Bukan berarti kamar, meja kerja dan penampilannya tidak boleh berantakan namun dia tahu bagaimana cara merawat dirinya supaya kelihatan rapi dan bersih. Apa jadinya jika kita menikah dengan orang yang merawat diri sendirinya saja belum bisa?

“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39)

6. Sikapnya Positif Terhadap Hidup
Ia mempunyai sikap yang positif terhadap hidup. Tidak sedikit-sedikit mengomel, menggerutu, menyalahkan orang lain atau juga menyalahkan dirinya sendiri. Memang kadang-kadang kita sering melihat calon pasangan kita gagal, tapi bukan berarti kita harus menghapusnya dari "daftar" kita. Mungkin ada kalanya dia marah, mengomel atau menggerutu karena beberapa kejadian, tetapi yang harus kita lihat adalah bagaimana sikapnya saat dia sedang menghadapi hari-hari ‘normal’nya. Kalau marah-marah dan mengomel itu adalah bagian dari dia, ini yang harus kita pikirkan kembali. Maka daripada itu, pertemanan sebelum pacaran itu sangatlah penting.

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)

7. Jatuh Cinta
Di dalam Kidung Agung 8:5-7 mengatakan bahwa, “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? -- Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina."

Cinta itu sangat perlu, meskipun point 1-6 terpenuhi tapi apa jadinya kalau kita menikah dengan orang yang tidak kita cintai dan setiap hari sampai seumur hidup kita, kita harus hidup dengannya. Selain gagal, kita juga sedang bermain dengan pencobaan moral yang besar dalam hidup kita, yaitu selingkuh. Dan akibatnya akan semakin fatal karena akan beresiko pada keselamatan pribadi kita.
Ada baiknya kalau kita menikah dengan best friend kita. Best friend tidak sama dengan old friend. Best friend juga bukan berarti kita harus mengetahui lebih banyak dari old friend-nya. Best friend berbicara tentang ikatan friendship yang terbentuk, berbicara tentang rasa saling menghormati satu sama lain, saling menerima, dan saling percaya. Kalau masalah pengetahuan akan masing-masing pribadi, seiring dengan berjalannya waktu, kita juga akan tahu banyak tentang dia.

Milikilah dulu hubungan persahabatan yang sehat dengan si dia. Dukung dia dalam pertumbuhannya, baik rohani maupun karakternya. Jangan tumbuhkan cinta sebelum waktunya karena salah satu buah Roh adalah juga pengendalian diri. Kenalilah dulu dan beri dia kesempatan untuk bertumbuh karena itu akan sangat berdampak bukan hanya untuk kebaikan kita namun juga untuk kebaikannya sendiri.
Jangan campurkan antara kasih dan cinta. Jangan juga campurkan komitmen kita dengan Tuhan dan gereja, dengan cinta. Karena seringkali orang yang cintanya ditolak, ia langsung mundur dari Tuhan dan pindah gereja.

Healing Quote :
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Filipi 1:9-11)

TeamPortal (SP)
source : http://hmministry.com

Tidak ada komentar:

Yang Paling Banyak Dibaca